Al-Aqsha dan Penaklukan Umar ra.

  • santri lirboyo
  • Jul 31, 2017

Jerusalem memang telah jadi tempat di mana syak wasangka bertebar dengan mudah, seperti puing dari perang yang belum lama lalu. Barangkali itu memang nasibnya. Seorang firaun dari Mesir pernah menyerbunya, kekuasaan Babilonia pernah melindasnya, kemudian Roma, dan kemudian—di tahun 614—pasukan Persia.

Penduduk Jerusalem hari itu dibantai, dan gereja-gereja dibumihanguskan. Menurut cerita, dalam perang sebelumnya orang Yahudilah yang dihabisi, sedang dalam penyerbuan Persia kali ini justru sebaliknya yang terjadi: orang Yahudi Jerusalemlah yang membantu tentara Persia untuk membunuhi orang Kristen. Maka dengan kemarahan besar, demikianlah menurut sang empunya legenda, orang-orang Kristen menempeli altar yang terkenal sebagai Batu Karang itu (kini Masjid Qubbat ash-Shakhrah/Dome of The Rock) dengan kotoran hewan.

Memang, kebencian sepertinya bukan barang asing di Jerusalem. Tetapi, pada tahun 637 M Khalifah Umar bin Khaṭṭāb ra. berhasil memasukinya. Kota tua itu telah dikalahkannya dengan cara damai. Tak ada pembantaian, tak ada penghancuran. Yang ada hanya seorang khalifah dari Mekah yang berpakaian lusuh dan memandang dengan takzim sebuah kota yang telah direbutnya. Di sana, di Bukit Zaitun, ia merundingkan perdamaian dengan penguasa Jerusalem saat itu, Patriark Sophronius. Setelah perdamaian dicapai, Umar ra. lantas meminta Sophronius untuk menunjukkan lokasi Haikal Sulaiman[1]. Sang Patriark pun mengiyakan, dan ia memandu Umar beserta rombongan 4.000 sahabat yang mengikutinya saat itu menuju tempat di mana Nabi mereka di-miʻrāj-kan. Namun, Sophronius justru membawa rombongan orang-orang Muslim itu ke Gereja Makam Kristus, dan mengabarkan kepada mereka bahwa tempat itulah yang disebut Haikal Sulaiman. Umar, yang dulu pernah diberitahu Nabi tentang ciri-ciri Haikal Sulaiman, melihat-lihat tempat itu dan mulai mencurigai kabar dari sang patriark tersebut. Ia pun berkata kepada Sophronius, “Engkau bohong! Sungguh, Rasulullah menyebutkan sifat-sifat masjid Daud tidak seperti bangunan ini.”

Umar bersama para rombongannya pun, tanpa mempercayai Sophronius lagi, terus menerus mengelilingi Jerusalem, mencari-cari letak Haikal Sulaiman. Ketika kemudian ia secara kebetulan melihatnya, ia berhenti. Pintu bangunan tua itu sudah sesak dengan tahi, hingga Umar bersama para rombongannya harus bersusah payah dan sambil merangkak untuk dapat masuk ke bagian dalam. Begitu tiba, di sana mereka dapat berdiri tegak dan mendapati kenyataan yang miris: betapa tempat suci itu telah menjadi tempat pembuangan sampah dan tahi. Maka dengan selendangnya, sang khalifah menyingkirkan kotoran yang telah mengering itu sehingga membuat yang lain tergerak berbuat hal yang sama. Setelah itu, Umar meminta pendapat kepada Kaʻab al-Aḥbār, “Menurutmu, di mana kita harus mendirikan sebuah masjid?” Kaʻab memberi saran, “Dirikanlah di belakang (utara) ṣakhrah sehingga bisa menghadap ke dua kiblat sekaligus, yaitu kiblat Musa dan kiblat Muhammad.”

Tetapi Umar menolak, karena menurutnya hal itu menyerupai ibadah orang-orang Yahudi. Umar pun tidak membangun sebuah masjid di belakang ṣakhrah, melainkan justru membangunnya di depan (selatan) ṣakhrah sehingga kiblatnya hanya mengarah kepada Kaʻbah dan membelakangi ṣakhrah. Ia pun membangunnya dengan bentuk bangunan yang amat bersahaja. Umar dalam penaklukan itu bahkan menjamin keamanan dan memberikan akses bagi para peziarah, siapa pun dan dari agama apapun, untuk pergi ke Tanah Suci, tak terkecuali orang-orang Yahudi yang bertahun-tahun sebelumnya terusir dari sana …

 

Penulis, Vawrak Tsabat, Pasuruan, mutakharijin MHM PP Lirboyo tahun 2017, sekarang menjadi pengurus Lajnah Bahtsul Masail Pondok Pesantren Lirboyo.

[1] Haikal Sulaiman adalah sepetak besar Masjid al-Aqsha yang dibangun oleh Nabi Sulaiman as. Oleh Nabi Sulaiman as., komplek Masjid al-Aqsha dibangun dengan masjidnya menjulang megah, dengan dihiasi patung kijang emas dan gemerlap mutiara merah di antara kedua matanya. Selengkapnya baca artikel Gemerlap Al-Aqsha, Dulu

3

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.