Malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan adalah malam yang sangat penting bagi segenap umat islam, sebab di dalamnya terdapat malam yang begitu istimewa, satu malam yang sebanding dengan seribu malam. Lantas apa saja yang harus dikerjakan supaya dapat bertemu dengan malam yang mulia itu? Bagaimana Rasulullah Saw. menyambut malam Lailatul Qodr pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan?
Diriwayatkan dari Imam Bukhori dan Muslim, sayyidah ‘Aisyah mengatakan;
كَانَ رَسُوْلُ اللهُ ﷺ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرَ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ ، هَذَا لَفْظُ الْبُخَارِيْ وَلَفْظُ مُسْلِمٍ أَحْيَا الْلَيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ
“Pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan Rasulullah Saw mengencangkan sarung, menghidupkan malam dan membangunkan keluarganya. Demikian redaksi imam bukhori. Redadksi imam muslim menghidupkan malam, membangunkan keluarga dan mengencangkan sarung.”
Dalam riwayat lain dari imam Muslim, sayyidah ‘Aisyah mengatakan:
كَانَ رَسُوْلُ اللهً ﷺ يَجْتَهِدُ فِيْ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ
“Rasulullah Saw. pada malam sepuluh terakhir bersungguh-sungguh tidak seperti kesungguhan pada malam yang lain.”
Dari dua hadist tersebut ulama meyimpulkan beberapa amalan yang dikerjakan Rasulullah Saw. pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan;
- Menghidupkan malam Ramadhan
Ada yang memahami pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan Rasulullah Saw. menghidupkan setiap malam secara utuh.
Ulama yang lain memahami Rasulullah Saw. menghidupkan sebagian besar malam.
- Membangunkan keluarga untuk ibadah malam
Diceritakan, nabi pada malam hari membangunkan sayyidah Fatimah dan sahabat Ali kemudian beliau berkata:
“Tidakkah kalian ingin bangun untuk salat malam?”
Beliau juga membangunkan sayyidah A’isyah setiap kali menyelesaikan salat malam dan menghendaki untuk salat witir. Rasulullah bersabda:
رَحِمَ اللهُ رَجُلاً قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى وَأَيْقَظَ اِمْرَأَتَهْ فَصَلَّتْ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَّحَ فِيْ وَجْهِهَا الْمَاءَ. رَحِمَ اللهُ اِمْرَأَةً قَامَتْ مِنَ الْلَيْلِ فَصَلَّتْ وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا فَصَلَّي فَإِنْ أَبَى نَضَّحَتْ فِيْ وَجْهِهِ الْمَاءَ
“Allah Swt. mengasihi lelaki yang bangun di malam hari untuk salat kemudian membangunkan istrinya untuk salat, jika istri tidak bangun maka ia cipratkan air ke wajahnya. Allah mengasihi perempuan yang bangun di malam hari untuk salat kemudian membangunkan suaminya untuk salat, jika suami tidak bangun ia cipratkan air ke wajahnya.”
Beliau imam sofyan tsauri mengatakan:
أَحَبَّ إِلَىَّ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرِ أَنْ يَتَهَجَّدَ بِالْلَيْلِ وَيَجْتَهِدُ فِيْهِ وَيُنْهِضَ أَهْلَهُ وَوَلَدَهُ إِلَى الصَّلَاةِ إِنْ أَطَاقُوْا ذَلِكَ
“Yang membuat saya senang setiap kali masuk sepuluh terakhir bulan Ramadhan adalah salat tahajjud di malam hari dan bersungguh-sungguh di dalamnya, membangunkan istri dan anak untuk salat Ketika mereka mampu.”
- Rasulullah Saw. mengencangkan sarung
Ulama beda pandangan mengenai maksud mengencangkan sarung, sebagian mengatakan ungkapan tersebut mengartikan bahwa Rasullullah Saw. sangat bersungguh-sungguh dalam beribadah.
Ulama yang lain mengatakan Rasulullah Saw. menjauhi istrinya pada malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Hal ini diperkuat dengan fakta bahwa Rasulullah Saw. setiap malam beri’tikaf setelah memasuki sepuluh terakhir bulan Ramadhan, sedangkan orang i’tikaf tidak boleh mendekati istrinya
- Mengakhirkan sahur
Sebagaimana diketahui bahwa sunah hukumnya mengakhirkan sahur. Kesunahan ini akan lebih kuat ketika sudah memasuki sepuluh terakhir bulan Ramadhan, sebab pada malam-malam tersebut sangat dianjurkan untuk lebih banyak meluangkan waktu malam untuk beribadah. Tentunya dengan tidak sampai menghabiskan waktu sahur, sebab sahur juga merupakan kesunahan tersendiri.
- Mandi di antara maghrib dan isya
Maksudnya, malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan sama halnya hari raya idul fitri dan hari besar lainnya. Pada waktu itu sangat dianjurkan untuk mensucikan diri baik luar maupun dalam.
Mensucikan diri dari luar dengan mandi, memakai wewangian dan pakaian yang bagus. Sementara mensucikan diri dari dalam dengan memperbanyak bertaubat dan beribadah kembali kepada Allah Swt., sebab badan bersih dan wangi dari luar tidak ada artinya jika disertai kotornya batin.
- I’tikaf
Diriwayatkan oleh imam Bukhori dan Muslim dari sayyidah A’isyah;
أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللهُ
Sesungguhnya nabi I’tikaf pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai beliau wafat
وإنما كان يعتكف ﷺ في هذه العشر التي يطلب فيها ليلة القدر قطعا لإشغاله وتفريغا للياليه وتخليا لمناجاة ربه وذكره ودعائه، وكان يحتجر حصيراً يتخلى فيها عن الناس فلا يخالطهم ولا يشتغل بهم
“Rasulullah saw I’tikaf pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan yang diharapkan terdapat malam lailatul qodr di dalamnya, guna memastikan dapat mencurahkan waktu pada malam lailatul qodr, menyendiri untuk bermunajat dengan tuhan, berdzikir dan berdo’a. Rasulullah membuat pembatas untuk mennyendiri dari orang lain sehingga beliau tidak berbaur dan tersibukkan dengan mereka.”
Sekian, semoga bermanfaat. Waallahu a’lam bi as-shawab.
Baca Juga; Syarat Amil Zakat
Follow; @pondoklirboyo
Subscribe; Pondok Lirboyo