Dalam mimpinya ia melihat bahwa hari kiamat sudah terjadi. Ia bersama milyaran manusia yang lain, berkumpul di tempat pemberhentian (mauqif), guna menghisab amal-amal masing-masing. Orang-orang yang dalam hidupnya di dunia banyak berbuat dosa masuk neraka, yang banyak baiknya mendapatkan pengampunan.
Hari yang begitu memilukan semua orang, termasuk dirinya. Di hari itu hanya Ia yang Maha Kuasa, semua manusia akan di hadapkan dengan amalnya masing-masing dengan adil, tanpa ada kecurangan dalam menimbang, sedikitpun.
Tibalah pada giliran si anak untuk di hisab amal perbuatannya. Keringat bak aliran sungai bahkan lebih deras mengalir. Ketika di putuskan bahwa amal buruknya lebih banyak, dan hendak dibawa ke neraka, tiba-tiba ada suara yang menghentikan “ tunggu, masukkan ia ke surga bersama orang-tuanya, sebab ia sudah berlaku sama dengan leluhurnya”
Sebagaimana firman Allah, bahwa Ia akan mengangkat derajat anak cucu orang mukmin dan mengumpulkannya kelak di surga, jika anak cucunya masih sejalan dengan orang tuanya.
“Orang-oranng yang beriman, dan anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS. At-Thur: 21)
Setelah itu, masih dalam mimpinya,si anak dengan diiringi malaikat hendak menuju surga. Begitu masuk di surga pertama, ia terkagum-kagum dengan suguhan pemandangan dan kenikmatan-kenikmatan di dalamnya, ia terus berjalan tidak terasa , saking nikmatnya apa-apa yang masuk di kelopak matanya. Hinggga ia sampai di pintu surga yang kedua, ia ingin memasukinya, sambil bergumam dalam hati “ jikalau kenikmatan yang ada di surga pertama saja begitu mengagumkannya, apalagi di surga yang kedua” tanpa pikir panjang ia memasuki surga kedua.
Ternyata benar, kenikmatan di surga ini berlipat-lipat dibanding sebelumnya. Ia terus berjalan sambil menikmati pemandangannya.
Begitu seterusnya, kenikmatan demi kenikmatan yang senantiasa berlipat dari sebelumnya ia rasakan sambil terus berjalan tanpa terasa, sampai akhirnya ia berdiri di pintu surga kedelapan. Ia masih juga belum puas dengan keelokan dan kelezatan surga-surga sebelumnya, ia ingin masuk lagi di sura kedelapan ini. sebelum kakinya menjejakkan untuk melangkah, ia di hadang malaikat penjaga sambil berkata menegur “berhenti, surga ini hanya untuk orang-orang yang merayakan maulid Nabi saw.”
Belum juga si anak menjawab, tiba-tiba ada suara tanpa rupa ”biarkan ia masuk bersama orang tuanya disurga ini”
Dengan girang ia memasuki surga khusus ini, sesampainya di dalam, ia berjumpa dengan perempuan-perempuan yang cantik menawan, hanya seorang yang ia kenali rupanya, yakni ibunya. Perempuan-perempuan lainnya sama sekali belum pernah ia jumpai.
Di sisi lain, ia melihat seseorang yang wajahnya bagai purnama bersinar penuh wibawa, ia tahu bahwa orang itu adalah baginda nabi, beliau di iringi para sahabatnya di belakang. ternyata ada satu orang dibelakang kanjeng Nabi yang juga ikut mengiringi yang membuat si anak ini tergerak untuk memanggilnya, adalah ayahnya, setelah sang ayah tahu ada anaknya memanggil-manggil, ia menghampiri dan menanyakan kondisinya, setelah si anak menjawab, ia berbalik bertanya perihal perempuan-perempuan yang di awal masuk tadi ia temui, ayahnyapun menjawab, bahwa meraka adalah istri-istri nabi, Sayyidah Khadijah, ‘Aisyah, Asiah istri firaun, Fathimah putri Rasul dan Wali-wali perempuan lainnya.
Anaknya kembali bertanya lagi, tentang rahasia ayahnya bisa di surga khusus ini, ayahnya menjawab bahwa ia bisa sampai di sini berkat usahanya menyisihkan penghasilannya guna ikut andil merayakan maulid Nabi setiap tahun “ seperti yang engkau ketahui “ katanya.
Sampai disini, si anak tadi terbangun dari mimpi dahsyatnya itu. Di barengi dengan keringat bercucur sebab perasaannya campur aduk, senang, terharu dan juga takut.
Setelah itu, si anak dengan tekad bulat terinspirasi akan menjual semua sisa-sisa harta peninggalan orang tuanya untuk ia gunakan merayakan maulid nabi. Setelah semua terjual, ia memenuhi tekadnya tadi, ia sedekahkan semua hasil dari penjualan tanah, rumah dan perkakas-perkakasnya untuk acara muludan.
Untuk kehidupan sehari-harinya, untuk tempat berteduh dan tidurnya, ia bertempat tinggal di sebuah masjid, hingga 30 tahun kemudian ia masih dalam kondisi seperti ini, dan setiap tahunnya ia selalu menghadiri majelis-majelis perayaan maulid nabi.
Semoga kita bisa menirukan semangat kedua orang tadi dalam merayakan maulid.
selamat merayakan maulid Nabi
semoga kita dapat syafatnya kelak
Sholluu alannabii muhammad …!
-Kisah nyata, dengan banyak penambahan sana-sini.
-Di kutip dari sebuah kitab karangan ulama konteporer awal abad 20.
0