Nabi Musa suatu ketika menanyakan kepada Allah Swt. “Ya Rabb, siapa nanti yang menemaniku di surga?”
Allah Swt. menjawab, “Yang menjadi temanmu di surga adalah orang yang pertama kali lewat.”
Penasaran dengan orang yang dimaksud, beliau menunggu di depan rumah, siapakah orang yang pertama kali lewat. Nabi Harun kah? Para sahabat beliau kah?
Tidak lama kemudian, lewatlah seorang laki-laki yang Nabi Musa tidak mengenalnya. Laki-laki itu berjalan sambil membawa kayu bakar di atas punggungnya.
“Ya Rabb, apakah dia temanku nanti di surga?’ tanya Nabi Musa heran.
“Ya, dialah temanmu di surga.” Allah menjawab.
Mengetahui orang yang lewat adalah orang yang tidak dikenalnya, rasa penasaran Nabi Musa tambah menghebat. Nabi Musa berkata dalam hati, “saya harus cari tahu, kenapa dia menjadi temanku di surga.”
Nabi Musa mengikuti laki-laki itu dari belakang, laki-laki itu meletakan kayu bakar terus memasakan makanan. Ternyata dia menyiapkan makanan untuk ibunya. Setelah makanan matang, ibunya disuapi.
Setelah selesai disuapi makanan, ibu itu mengankat kedua tangannya sambil berdoa,
اَللّهُمَّ اجْعَلْ وَلَدِي هَذَا رَفِيقَ مُوسَى فيِ الْجَنَّةِ
“Ya Allah, jadikan Anakku ini teman Nabi Musa di surga.”
Berkat doa ibu itu, Allah mentakdirkan anaknya menjadi orang yang mendampingi Nabi Musa di surga.
Ya, doa ibu sangat mustajab ibaratkan seperti doa Nabi kepada umatnya.()
*Diceritakan oleh Habib Jamal bin Thoha Baaqil di Bangkalan Madura