Diceritakan bahwa Syekh Abdul Qodir al-Jailani memiliki dua teman yang terkenal cerdas, Ibn as-Saqo dan Ibn Abi ‘Usrun. Keduanya adalah teman debat al-Jailani muda.
Suatu hari ketiganya berunding untuk sowan kepada Wali Ghauts pada masa itu, mereka saling menyampaikan tujuan sowan ke sang Ghaust;
Ibn Saqo; “saya akan menanyakan masalah yang sulit hingga beliau tidak bisa menjawab!”
Ibn Abi ‘Usrun: “saya akan menanyakan masalah yang aku sendiri tidak tahu akan dijawab bagaimana!
Sedangkan Syekh Abdul Qodir: “saya sowan untuk mendapat keberkahan tanpa menanyakan masalah apapun.”
Setelah sampai di kediaman Ghauts mereka tidak langsung di temui hingga harus menunggu dalam waktu yang cukup lama.
Setelah beberapa waktu sang Ghauts menemui mereka dengan kemurkaan sembari menampakkan kewalian;
“Hei Ibn as-Saqo! Kau datang kepadaku untuk menanyakan satu masalah dan mengujiku!, jawabanya begini ada dalam kitab ini dan halaman sekian”
Kemudian beliau pun menjelaskan kepada Ibn as-Saqo dan menyuruhnya keluar; “keluarlah! Sungguh aku melihat api neraka berkobar di antara tulang-tulang rusuk mu!”
Sang Ghauts melanjutkan; “Sedangkan kamu Ibn Abi ‘Usrun! Kamu datang kepadaku untuk menanyakan masalah supaya mengetahui bagaimana jawabanku! Jawabanya begini dalam kitab ini”
Setelah menjelaskan, sang Ghauts pun menyuruhnya keluar; “keluarlah! Sungguh aku melihat dunia mengelilingimu!”
Berkatalah sang Ghauts kepada Syekh Abdul Qodir al-Jailani; “Sedangkan kamu, anakku Abdul Qodir, kamu menemuiku untuk mendapat keberkahan, insyaallah kamu akan mendapatkannya. Seolah aku melihatmu kelak mengatakan; “telapak kakiku berada di atas leher para wali”
Setelah mereka bertiga mengundurkan diri dari hadapan sang Ghauts, tidak lama berselang ibn as-Saqo dipanggil ke hadapan raja, ia diminta untuk mendatangi para cendikiawan nasrani guna melakukan perdebatan dengan mereka.
Usut punya usut, sang raja mendapat tantangan dari orang nasrani untuk mendatangkan orang yang paling cerdas dan pinter dari kalangan orang muslim. Dipanggillah Ibn as-Saqo yang terkenal kecerdasannya.
Maka berkunjunglah Ibn as-Saqo ke wilayah orang nasrani, di sana ia bertemu dan jatuh cinta kepada seorang perempuan. Bapak perempuan itu tidak mau menikahkan anaknya kecuali Ibn as-Saqo menjadi nasrani. Maka Ibn as-Saqo pun akhirnya memilih untuk meninggalkan agamanya dan menjadi nasrani demi menikahi perempuan yang ia cintai.
Sementara Ibn Ushrun, ia mendapat amanah dari raja untuk mengurusi wakaf dan sedekah hingga ia bergelimang harta.
Sedangkan Syekh al-Habib Abdul Qodir mendapatkan kedudukan yang mulia, menjadi pemimpin para kekasih Allah Swt. hingga beliau pun mengatakan;
“telapak kakiku berada di atas leher para wali” sebagaimana do’a sang gouts.
Wallahu a’lam bi as-shawab.
Baca Juga; Kisah Imam Syafi’i Menulis dengan Jari dan Telapak Tangannya
Follow; @pondoklirboyo
Subscribe; Pondok Lirboyo
Hadir