Etika Bermasyarakat Versi Hatim Al-Asham

Dalam salah satu kitabnya yang berjudul Salalim al-Fudhala’, syekh Nawawi Banten mengutip percakapan antara Hatim al-Asham dan Imam Abu Hanifah:

Pada suatu kesempatan, Imam Abu Hanifah bertanya kepada Hatim al-Asham mengenai cara untuk selamat dari bahaya kehidupan dunia.

Wahai Aba Abdirrahman (Hatim al-Asham), sesuatu apakah yang dapat menyelamatkan dari dunia?” tanya imam Abu Hanifah.

Wahai Aba Abdillah (Abu Hanifah), selamanya kau tak akan selamat dari dunia sehingga engkau memiliki empat hal. Pertama, kau mengampuni ketidakpahaman masyarakat. Kedua, kau tercegah untuk berbuat bodoh atas mereka. Ketiga, kau memberikan kontribusi pada mereka. Keempat, kau tidak mengharapkan pemberian dari mereka. Apabila kau mampu melakukan hal-hal tersebut, niscaya kau akan selamat.” Jawab Hatim al-Asham.

Dari sepenggal cerita tersebut, syaikh Zainuddin al-Malibari -kakek dari pengarang kitab Fathul Mu’in– mampu merangkumnya menjadi dua bait syair yang begitu indah:

لِسَلَامَةِ الدُّنْيَا خِصَالٌ أَرْبَعُ # غُفْرٌ لِجَهْلِ الْقَوْمِ مَنْعُكَ تَجَهُّلَا

Agar selamat di dunia harus memiliki empat perkara # (satu) mengampuni ketidakpahaman suatu kaum, (dua) mencegah dirimu sendiri untuk berbuat bodoh

وَتَكُوْنَ مِنْ سَيْبِ الْأُنَاسَيْ آيْسًا # وِلِسَيْبِ نَفْسِكَ لِلْأُنَاسِ بَاذِلَا

(tiga) Dirimu tidak berharap pemberian dari manusia # (empat) engkau memberi kontribusi pada mereka”.

Mengapa harus empat hal tersebut?. Karena pada dasarnya, ketika seseorang bisa memaklumi ketidakpahaman suatu masyarakat, ia akan sabar menghadapi kehidupan di tengah-tengah mereka. Begitu juga ketika ia tidak berbuat bodoh dan semena-mena terhadap masyarakat, tidak mengharap imbalan akan tetapi justru memberikan kontribusi yang baik, niscaya ia akan dicintai oleh masyarakatnya.

[]waAllahu a’lam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.