Pada suatu hari, ada orang kaya hendak memberi hadiah uang senilai lima ratus dinar kepada imam Junaid. Uang itu diletakkan di depan ulama yang terkenal dengan kesufiannya tersebut.
Melihat hal itu, imam Junaid bertanya, “Engkau masih punya uang selain itu?”
“Iya, uang saya sangat banyak.” jawab orang kaya tersebut.
“Apakah engkau masih terus bekerja untuk mendapatkan uang?” imam Junaid kembali bertanya.
“Iya.” orang kaya itu menjawabnya singkat.
“Engkau lebih berhak atas uang ini daripada saya. Saya tidak memiliki uang sebanyak ini. Alhamdulillah, aku tidak ingin mencari bahkan mendapatkannya.” terang imam Junaid kepada orang kaya tersebut.
Dari jawabannya
memberikan kejelasan bahwa hakikat kaya adalah perasaan cukup dan mensyukuri
atas apa yang dimiliki. Begitu pula sebaliknya, hakikat kefakiran adalah
perasaan tamak dan tidak cukup dengan apa yang dimilikinya meskipun ia
bergelimang harta.[1]
[]
[1] Fariduddin Attar, Tadzkirah al-Auliya’, hlm. 378.
0