LirboyoNet, Kediri – Akhir tahun hijriyah, adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh santri. Pasalnya, hari itu mereka bisa keluar dari pondok beramai-ramai. Seluruh penghuni pondok keluar menuju Masjid Agung Kota Kediri untuk melaksanakan doa akhir tahun sekaligus awal tahun bersama-sama.
Tentu, bukan hanya santri Lirboyo saja yang menjadi peserta. Masyarakat Kediri juga berbondong menggelar sajadah mereka di jalan raya. Jalan raya? Karena di dalam masjid sudah penuh. Pukul 16.00 WIB saja, barisan jamaah sudah meluber ke halaman masjid. Langit yang berselimut mendung tidak mengurangi semangat mereka untuk berdoa bersama. Bahkan, beberapa saat sebelum maghrib tiba, jalan raya juga tak mampu menampung jamaah. Walhasil, mereka beralih ke pelataran mall dan alun-alun yang berada di timur masjid.
Dengan dipimpin oleh KH. M. Anwar Manshur, pengasuh Ponpes Lirboyo, mereka bersama berdoa di bawah guyuran hujan. Memang, hujan cukup deras petang itu. Tidak sebentar pula. Sehingga, para jamaah basah kuyup dan beberapa diantara mereka menggigil kedinginan.
Mereka datang, selain untuk berdoa bersama, juga untuk mengenang hijrahnya Rasulullah saw. dari kota kelahirannya, Makkah, menuju kota tempat beliau dimakamkan, Madinah. “Yang penting dari hijrah Rasulullah adalah isi khutbah beliau saat pertama kali masuk kota Madinah,” KH. M. Anwar Iskandar membuka kisahnya kepada jamaah.
Pertama, Rasulullah menyuruh kita untuk ufsyus salam, menebarkan salam. Secara literer, Rasul memerintahkan untuk mengucapkan salam kepada yang lain. Assalamu’alaikum, semisal. Namun perintah ini juga bisa diterjemahkan secara substansial. Artinya, rasa damai lah yang kita sebarkan kepada orang lain. Baik muslim maupun non muslim.
Lalu, beliau memerintahkan kita untuk shillul arham, juga ath’imut tho’am. Menyambung silaturahim dan memberi makan kepada mereka yang membutuhkan. Pesan-pesan beliau ini menghendaki kita untuk tidak lupa akan hubungan kita dengan sesama makhluk, sesuatu yang akhir-akhir ini mengalami krisis.][
0