Baitul Makdis di masa Nabi Sulaiman as. menjulang megah dengan ketinggian batu altar 12 hasta dan ketinggian kubah 18 mil. Di atasnya dihiasi patung kijang emas dengan gemerlap mutiara merah di antara kedua matanya, sampai-sampai para wanita daerah Balqāʼ saat itu (perjalanan dua hari dari Baitul Makdis) bisa memintal dengan diterangi pantulan mutiara tersebut.[1]
Dan Baitul Makdis, yang lebih sering kita sebut Masjid Al-Aqsha, kini telah kehilangan keindahan pantulan mutiara itu. Alih-alih menjadi tempat ibadah dan ta’lim kaum muslim, Baitul Makdis kini telah dikuasai oleh Pemerintah Israel. Beberapa kasus kontroversial pun terjadi. Puncaknya adalah ketika polisi Israel tidak mengizinkan pria Muslim berusia di bawah 50 tahun untuk masuk ke kompleks Masjidil Aqsha. Mereka berdalih, penutupan ini dipicu oleh tertembaknya dua tentara mereka hingga berbuntut tewasnya tiga orang yang diduga penyerang tersebut.
Tidak berhenti pada penutupan Masjid Al-Aqsha, Israel terus saja menyiksa nurani kita dengan perbuatan-perbuatan mereka yang arogan. Setelah insiden penutupan masjid, berturut-turut mereka membuat warga Palestina menderita. Pada Ahad (16/07), mereka memasang alat-alat pendeteksi logam dan kamera pengawas di seluruh area masjid. Protes dan penolakan warga Palestina tidak membuat kekejaman mereka redam. Bahkan pada Selasa, (18/07) pasukan mereka menembak Syaikh Ikrima Sabri, mantan mufti Jerusalem dan Imam Masjid Al-Aqsha, saat menjadi imam shalat jamaah di pelataran Masjid Al-Aqsha.
Kekejaman yang tak henti-henti harus ditanggapi dengan tidak berdiam diri. Bagi umat muslim, khususnya kaum santri, senjata terampuh yang dimiliki adalah doa. “ad-Du’a shilahul mukmin,” terang Rasulullah suatu ketika. Maka sudah saatnya kaum muslim bersama-sama menengadahkan tangan dan meluapkan doa bagi keselamatan warga Palestina, dan kehancuran orang-orang kafir yang terus saja menyiksa mereka.
Pondok Pesantren Lirboyo menyeru kepada seluruh alumni untuk membaca qunut nazilah dalam shalat, dan mengamalkan Hizib Nashar yang ditujukan untuk kehancuran Zionis Israel.
Bacaan qunut nazilah bisa didownload di link ini.
[1] Mujîr ad-Dîn al-Ḥanbaly, Al-Uns al-Jalîl. Hal. 118-120.