LirboyoNet, Bogor- Dalam upaya membentuk kaderisasi ulama yang mampu mendialogkan ide-ide keislaman dan realita ke-Indonesia-an, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menggelar Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) tahun 2019. Acara yang berlangsung di Lembaga Bina Santri Mandiri (LBSM) Bogor ini dihadiri oleh 40 Mahasantri seluruh Indonesia yang telah lulus tahap seleksi sebelumnya.
KH. Rumadi Ahmad, ketua Lakpesdam PBNU, menjelaskan bahwa program Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan ini memiliki peranan penting dalam kaderisasi Syuriah di tubuh Nahdlatul Ulama.
“PPWK ini merupakan bentuk kaderisasi sumberdaya manusia di lingkungan Nahdlatul ulama yang merupakan kaderisasi Syuriah di lingkungan NU. Untuk saat ini mengambil segmentasi muda mahasantri karena merupakan kader yang memegang otoritas Keulamaan. Paling otoritatif dalam berbicara Islam. Maka harus memiliki wawasan yang lebih luas, bukan hanya sekedar ngaji.” tuturnya.
Salah satu Rois Syuriah PBNU, KH. Ahmad Ishomuddin, memberikan pesan-pesan kepada para peserta mahasantri dalam mengemban amanah untuk berkiprah di Nahdlatul Ulama di masa mendatang.
“Mengurusi NU harus karena Allah. Kita lah yang nanti menjadi estafet NU. Mengurus NU tidak lah mudah, kita harus militan apalagi ketika berhadapan dengan berbagai tantangan yang ada. Untuk menjadi ulama NU harus punya spesialisasi disiplin ilmu keagamaan dan wawasan kebangsaan.” jelas kyai Ishom.
Program pendidikan yang bekerjasama dengan Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementrian Agama (Kemenag) Republik Indonesia ini berlangsung selama empat hari, sejak Ahad hingga Rabu (4-5/08) dengan mendatangkan banyak pemateri dari jajaran pakar dan aktivis intelektual Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), seperti KH. Husein Muhammad, KH. Ahmad Ishomuddin, Dr. KH. Rumadi Ahmad, MA., KH. Marzuki Wahid, dan lain-lain dengan berbagai materi yang beragam, mulai dari Aswaja An-Nahdliyyah, ushul fiqh sebagai instrumen analisis sosial, Islam dan gender, kontekstualisasi kitab kuning dan tantangan kontemporer, antikorupsi, dan semacamnya.
Muhammad Fajrul Falah Fashih (asal Kediri) dan Nasikhun Amin (asal Pasuruan) merupakan dua santri Pondok Pesantren Lirboyo yang berhasil lolos dalam tahap seleksi dan mengikuti acara tersebut sebagai delegasi utusan Ma’had Aly Lirboyo, Pondok Pesantren Lirboyo Kota Kediri.[]
0