Sebentar lagi 17 Agustus, 77 tahun sudah negara kita Indonesia merdeka. Sebuah anugerah terindah bagi sebuah negara mendapatkan kemerdekaan dari jeratan penjajah. Tak sebentar negara kita yang indah ini berada dalam kekuasaan bangsa asing. Belanda yang mendekam di negara kita kurang lebih tiga setengah abad. Diteruskan Nipon yang menduduki bangsa kita selama tiga setengah tahun namun dengan begitu kejamnya.
Bukan tanpa perlawanan tindak para penjajah di Bumi Pertiwi ini. Berbagai perjuangan dari generasi ke generasi selalu saja dilakukan tanpa mengenal kata menyerah. Berbagai perjuangan warga pribumi yang secara intens sering kali menghawatirkan para penjajah.
Baru pada tahun 1945 lah negara kita mencapai puncak perjuangan sesungguhnya hingga akhirnya berhasil memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Berdiri sejajar dengan bangsa lain sebagai negara yang berdaulat.
Yang penting kita cermati, secara data sejarah hampir tiap pahlawan yang berjuang melawan penjajah kesemuanya merupakan tokoh pemuka agama.
Sultan Hasanuddin, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Jenderal Sudirman dan masih banyak pahlawan lainnya yang notabene merupakan seorang tokoh agama di daerah mereka masing-masing. Karena sudah menjadi prinsip semua agama bahwa kedzaliman haruslah dilawan.
Sebuah fakta menarik mengenai kemerdekaan negara Indonesia yang ternyata sangat cocok dan sesuai dengan peristiwa Fathul Makkah oleh Rasulullah Saw.
Salah satunya adalah tanggal kedua peristiwa tersebut terjadi. Dimana kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 M. bila dilihat dari penanggalan Hijriyah maka peristiwa itu bertepatan pada 09 Ramadhan 1364 H. Yang mana kala itu Presiden Indonesia yang pertama Ir. Soekarno menuliskan naskah proklamasi dimalam hari sembari melakukan sahur. Lalu di pagi harinya sang Proklamator itupun membacakan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia dalam keadaan berpuasa.
Kembali pada masa satu setengah abad silam saat Rasulullah berhasil memerdekakan kota Makkah yang ternyata peristiwa besar itu juga terjadi kisaran tanggal 9 Ramadhan tahun 8 Hijriyah (terjadi khilaf mengenai tanggal ada yang berpendapat 8 Ramadhan, 9, 10 bahkan ada pula yang berpendapat 20 Ramadhan).
Fakta lain membuktikan bahwa dalam penetapan dasar negara Indonesia yakni Pancasila juga sangat identik dengan latarbelakang terjadinya peristiwa Fathul Makkah yaitu peristiwa Sulh Hudaibiyah.
Saat Rasulullah beserta para sahabatnya kala itu hendak melaksanakan ibadah haji di tanah Haram Makkah respon warga non-muslim Makkah khawatir akan terjadinya penyerangan. Singkat cerita akhirnya guna mencegah terjadinya pertumpahan darah akhirnya kedua belah pihak melakukan perjanjian tertulis yang kelak dinamakan sebagai Sulh Hudaibiyah.
Perjanjian yang meski muatannya seakan mendesak kaum muslimin hingga dalam prosesi perjanjian tersebut Rasulullah dipaksa untuk menghapus 7 kata meskipun 7 kata tersebut merupakan suatu yang jelas haq/kebenaran. Namun sikap Nabi Muhammad pada peristiwa ini lebih mengedepankan perdamaian sehingga akhirnya disetujui meskipun secara lahir perjanjian tersebut sangat merugikan pihak Islam.
Namun hasilnya sebaliknya, justru berawal dari perjanjian itulah yang menjadi kunci terjadinya peristiwa Fathul Makkah. Memang bukanlah suatu yang dapat diterka oleh logika keputusan yang diambil oleh Rasulullah Saw.
Lihatlah bagaimana kronologi yang dialami junjungan umat Islam baginda Rasulullah Saw sangat identik dengan kronologi yang terjadi di Indonesia.
Dimana dalam sejarah kemerdekaan Indonesia sehari setelahnya tepatnya pada tanggal 18 Agustus negara kita sudah diambang perpecahan. Indonesia bagian timur keberatan apabila dasar negara yang bersama diperjuangkan oleh seluruh elemen bangsa tanpa mengenal agama malah akan dijadikan sebagai dasar negara yang berdasarkan ajaran Islam saja.
Memang pada masa itu dasar negara republik Indonesia yang telah disepakati Panitia 9 dari Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia pada sila pertamanya berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Olehkarena itu 7 kata dalam butiran sila pertama itu akhirnya dihapus diganti dengan “Ketuhanan yang Maha Esa”.
Kronologi yang sama dan keputusan yang sama yakni desakan pihak non muslimn dan latarbelakang agar menghindari terjadinya pertumpahan darah menjadi dasar baik itu peristiwa Sulh Hudaibiyah ataupun penetapan Pancasila.
Alhamdulillah karena setiap keputusan yang diambil senantiasa merujuk kepada sebaik-baiknya teladan yaitu Rasulullah Saw maka tak heran bila hasil yang diperoleh akan tak jauh berbeda dari teladan itu sendiri.
Berawal dari Sulh Hudaibiyah inilah umat Islam yang tadinya hanya kisaran ribuan umat melonjak tajam menjadi sepuluh kali lipat jumlahnya meskipun hanya berselang 2 tahun saja. Begitu pula negara Indonesia, dengan adanya Pancasila akhirnya warga muslim yang asalnya hanya terpusat di tanah Jawa kini menyebar luas mengisi kepulauan yang ada di seluruh penjuru Nusantara.
Wallahu a’lam.
Tapi ‘kan, Fathul Makkah terjadi karena orang kafir Quraisy melanggar Perjanjian Hudaibiyah. Sedangkan kemerdekaan Indonesia tidak terjadi karena Pancasila dilanggar.
Kulo namung santri deso nangeng kulo nate nyantri wonten jajar asuhan simbah yai m. yunus beliau santri lerboyo asuhan simbah yai abdul karem .mugo kulo saged mondo ake enten lerboyo dateng yogo kaulo amiiin
Waalaikumsalam. Amin..