Kesejatian Makna Cinta Tanah Air

Kesejatian Makna Cinta Tanah Air

Penulis: Arif Fahrijal

Cinta tanah air selama ini sekedar omong kososng, bahkan lebih receh dan picisan dibanding sampah. Kalimat cinta tanah air tak berguna sama sekali kecuali untuk tak dituding teroris. Bahkan sebagai pribadi yang masih waras, kata ‘cinta tanah air’ cuma formalitas yang kering makna dengan gambaran absurd. Kenapa? Mari kita bicarakan ini dengan kepala tetap tenang dan tak perlu anarkis.

Refleksi cinta tanah air

Cinta tanah air merupakan perasaan mengakar di hati. Rasa yang tak terelakan kecuali oleh pendusta dan mereka yang hilang pikir. Rasa yang kekal tak berubah kecuali akibat kesalahan pendidikan, cacat akal atau aliran darah dari negeri asing. Begitulah Mustafa Al-Ghalayaini menguraikan cinta tanah air.

Tetapi al-Ghazali mengatakan:

اَلْمَحَبَّةُ يَدْعِيُّهَا كَلُّ أَحَدٍ وَمَا أَسْهَلَ الدَّعْوَى وَمَا أَعَزَّ الْمَعْنَى

“Cinta di ikrarkan setiap orang tetapi betapa mudah berikrar namun alangkah sukar mewujudkan hakikat maknanya”

Ya, cinta terlalu rumit dibuktikan, dan sangat mudah dituturkan, sebab lidah tak bertulang. Untuk itu, pembuktian adalah niscaya. Al-Ghazali melanjutkan;

وَالْمَحَبَّةُ شَجَرَةٌ طَيِّبَةٌ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ وَثَمَارُهَا تَظْهَرُ فِي الْقَلْبِ وَاللِّسَانِ وَالْجَوَارِحِ وَتَدُلُّ تِلْكَ الْآثَارِ الْفَائِضَةِ مِنْهَا عَلَى الْقَلْبِ وَالْجَوَارِحِ عَلَى الْمَحَبَّةِدِلَالَةَ الثِّمَارِ عَلَى الْآشْجَارِ

”Cinta adalah rindang pohon yang indah. Akarnya menancap kuat. Rantingnya menjuntai ke langit. Buahnya nampak di hati, lisan dan anggota tubuh. Tanda yang membuncah adalah petunjuk bahwa cinta menguasai segenap relung hati dan tubuh. Layaknya asap menunjukan kobar api. Layaknya buah pertanda pepohonan.”

Cinta memerlukan tanda bukti. Tak sekedar akuan belaka. Maka sangat mudah dipahami jika Mustafa Al-Ghalayaini dalam I’dhohu Nasyi’in memaparkan siapa pecinta tanah air sejati. Berikut penuturan beliau:

Pecinta tanah air sejati

            “Tak setiap orang yang mengaku cintai tanah air, ia benar-benar mencintai tanah airnya. Sampai kau menyaksikan bahwa; Dia berjuang untuk hidup kembang tanah airnya. Dia pikul ringan berat perjuangan demi kemajuan tanah airnya. Dia senantiasa berdiri di barisan para pejuang untuk membangun tanah airnya. Dan dia bersama kaum penegak melindungi kelenggangan tanah airnya.”

Paparan Al-Ghayalaini memahamkan kita bahwa cinta tanah air bukan sebatas ekspresi kebahagiaan Agustus-an atau ritual upacara bendera hari Senin. Bukan juga pembacaan kata puitis tentang cinta tanah air. Melainkan gerakan dan kejujuran berbicara demi kemajuan cinta tanah air.

Aksi melindungi dan merawat tanah air adalah gerakan hakiki dari kata cinta tanah air. Tak perlu seragam mirip badut atau hiporia kekanak-kanakan, tetapi tindakan adalah pembuktian. Tanpa tindakan, aksi dan pergerakan, pengakuan dan teriakan cinta tanah air adalah omong kosong.

Demi mewujudkan aksi yang merupakan representatif cinta tanah air maka titik terpenting yang harus dicapai adalah mengisi diri sendiri dengan ilmu dan pengetahuan. Karena kemajuan dan melindungi tanah air tak dapat dicapai dengan kebodohan.

Tentu, orang bodoh tak akan mengerti baik dan buruk tindakan untuk tanah airnya. Demikian tuturan Sayyid Muhammad dalam Tahliyah wa Targhib. Bahkan, kita mengerti hari ini, bahwa usaha orang bodoh demi memajukan negeri ini malah justru memiliki potensi paling rawan untuk merusak negeri dan membelah kesatuan.

Pesantren dalam memaknai cinta tanah air

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.