Di Lirboyo, saya pernah ikut ngaji kitab Tasywiqul Khallan jika diartikan adalah kerinduan yang mendalam yang dapat membuat teman-teman mudah mempelajari ilmu. Tasywiq itu syarah kitab Jurumiah. Menurut pandangan Mbah Manab, walaupun Jurumiyah itu kitab kecil (tipis), kita tidak boleh menyebut kitab kecil. Misalnya kamu di sana ngaji apa? Ngaji Jurumiyah. Jangan mengatakan Jurumiyah….! Seakan seperti meremehkan. Jurumiyah adalah matan. Matan adalah sesuatu yang besar. Safinah adalah kitab kecil tetapi jika disyarahi, syarahnya bisa menjadi sangat banyak.
Kitab yang paling berkesan yaitu kitab Bidayah, Jurumiyah, Kailani, Taftazani, dan kitab tipis-tipis lainya. Orang zaman dahulu, (hanya dengan berbekal) kitab Seperti Jurumiyah, jika bisa dengan bena-benar mendalami serta hafal, maka akan bisa membaca kitab. Kitab Jurumiyah setelah selesai dikarang, dibuang oleh penulisnya ke lautan. Jika memang kitab itu bermanfaat, maka ia tidak akan tenggelam. Jika kitab Safinah didalami dengan benar, maka orang sudah bisa shalat. Tetapi kadang-kadang, sudah tamatan Lirboyo, tapi kitab Safinah belum diresapi, shalatnya tidak tumakninah. Bacaannya pun terkadang belum bisa diresapi dan kurang pas.
Kitab Safinah, Jurumiyah, manfaatnya nyata dan benar. Bukan kitab kecil jika syarahnya sangat banyak. Jika pintar kitab Safinah, (sama dengan ngaji) Tausyih, al-Bajuri. Karena kesimpulan itu ada di Safinah. Jika bisa di situ, maka akan mengungguli Amtsilah. Amtsilah itu ringkasan, sedangkan ulama sudah membuat ringkasan dari dulu. Orang terdahulu alimnya sangat luar biasa.()
Sumber: Himasal Lirboyo