Khutbah Jumat: Berbakti Kepada Orang Tua yang Telah Meninggal

https://arrahmahcom.tumblr.com/post/661207773495902208/doa-orangtua-ketika-anak-sulit-dinasihati

Khutbah Jumat: Berbakti Kepada Orang Tua yang Telah Meninggal

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ للهِ الْقَائِلُ : وَٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا۟ بِهِۦ شَيْـًٔا ۖ وَبِٱلْوَٰلِدَيْنِ إِحْسَٰنًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا اللهُ قَضَى بِعِبَادَتِهِ وَبِرُّ الْوَالِدَيْنِ . وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ خَيْرُ مَنْ اَرْشَدَ النَّاسَ إِلَى الْبِرِّ وَحُسْنُ الْخُلُقِ . صَلًّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ . أَمَّا بَعْدُ :
فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin jama’ah sholat jum’at yang dirahmati Allah Swt

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Marilah kita selalu meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt dengan selalu berjalan di atas ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sehingga dapat mengantarkan kita menuju kebahagiaan yang abadi yaitu kebahagiaan akhirat.

Orang tua menjadi sebab hidup dan wujudnya seorang anak di dunia. Peran orang tua sangat besar dalam mewarnai hidup seorang anak. Kita diperintahkan oleh Allah untuk berbuat baik dan berbakti kepada keduanya. Hal ini berlandaskan dari al-Qur’an, Allah Swt berfirman:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعۡبُدُوۡۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِالۡوَالِدَيۡنِ اِحۡسَانًا‌ ؕ اِمَّا يَـبۡلُغَنَّ عِنۡدَكَ الۡكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوۡ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنۡهَرۡهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوۡلًا كَرِيۡمًا‏

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS. Al-Isro: 23)

Dalam ayat di atas juga dijelaskan agar kita tidak diperbolehkan untuk berbuat buruk dan durhaka kepada mereka. Karena berbuat buruk kepada mereka merupakan dosa yang sangat besar. Tendensi ini berdasarkan hadis Rasulullah Saw:

“عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” الكَبَائِرُ: الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ، وَعُقُوقُ الوَالِدَيْنِ، وَقَتْلُ النَّفْسِ، وَاليَمِينُ الغَمُوسُ

Dari Abdullah bin Amru dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Dosa besar ialah menyekutukan Allah, durhaka kepada orangtua, membunuh, dan bersumpah palsu.”[1] (HR. Bukhari: 6675)

Hadirin jama’ah Jum’at rohimakumulloh

Menyayangi, melayani, dan berbakti kepada kedua orangtua merupakan salah satu jalan terbaik yang bisa dilakukan seorang hamba untuk mendapat ridha dan ampunan Allah Swt. Karena ridha orangtua termasuk ridha Allah Swt. Dengan birrul walidain juga akan dimudahkan dibukaknya jalan menuju surga. Sesungguhnya Allah sangat mencintai jalan seorang hamba yang mau berbakti kepada kedua orang tua. Dalam Kitab Al-Adab al-Mufrad karangan Imam Bukhari dijelaskan:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: مَا مِنْ مُسْلِمٍ لَهُ وَالِدَانِ مُسْلِمَانِ يُصْبِحُ إِلَيْهِمَا مُحْتَسِبًا، إِلَّا فَتْحَ لَهُ اللَّهُ بَابَيْنِ – يَعْنِي: مِنَ الْجَنَّةِ – وَإِنْ كَانَ وَاحِدًا فَوَاحِدٌ، وَإِنْ أَغْضَبَ أَحَدَهُمَا لَمْ يَرْضَ اللَّهُ عَنْهُ حَتَّى يَرْضَى عَنْهُ

Dari Ibnu ‘Abbâs, ia berkata: “Tidaklah seorang Muslim yang memiliki dua orang tua (muslim), kemudian mengunjungi keduanya di pagi hari karena mengharap ridha Allah, kecuali Allah akan membukakan baginya dua pintu – yakni dua pintu surga – jika hanya ada satu (salah satunya telah meninggal dunia), maka (dibukakan baginya) satu (pintu). Jika dia membuat salah satunya marah, Allah tidak akan ridha kepadanya sampai ia (salah satu orang tua yang marah) ridha kepadanya.”

Hadirin jama’ah sholat jum’at yang dirahmati Allah Swt

Sosok ibu adalah orang yang lebih kita utamakan dan kita perlakukan dengan baik daripada sosok ayah. Hal ini karena berdasarkan hadis Nabi, Rasulullah bersabda ketika ditanya oleh salah seorang dari laki-laki:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ: «أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أَبُوكَ»

Dari Abu Hurairah, ia berkata: Ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Rasullullah menjawab: ‘Ibumu’. ‘Lalu siapa lagi?’, ‘Ibumu’. ‘Siapa lagi’, ‘Ibumu’. ‘Siapa lagi’, ‘Ayahmu’.[2] (HR. Bukhari: 5971)

Dalam hadis tersebut nama ibu disebutkan tiga kali dan sosok ayah hanya disebutkan satu kali. Sosok ayah memang memiliki andil yang sangat besar, yaitu memberikan pendidikan dan nafkah bersama dengan ibu. Namun sosok ibu lebih diutamakan memandang ibu telah melewati tiga fase kesulitan, di mana ia merasakan penderitaan yang sangat berat dan perasaan susah payah dalam wujudnya seorang anak. Di antaranya melahirkan, mengandung dan menyusui.

Peran dari kedua orang tua ini dipuji oleh Allah dalam al-Qur’an, khususnya sosok ibu, sebagaimana dituliskan dalam Surat Al-Ahqaf ayat 15:

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku, dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang Muslim.” (QS. Al-Ahqaf: 15)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.