Ksatria Shalawat: Festival Shalawat Lirboyo

  • Hisyam Syafiq
  • Apr 22, 2016

LirboyoNet, Kediri –Seni shalawat memiliki tempat sendiri di hati para santri. Hampir setiap himpunan pelajar (HP) di Pondok Pesantren Lirboyo memiliki grup shalawat sendiri, entah banjari, habsyi, atau bahkan keduanya.

Pada Kamis (21/04) kemarin, mereka mendapat kesempatan untuk menampilkan hasrat dan bakat seni shalawat di hadapan banyak penonton. Sebabnya, hari itu terselenggara Festival Rebana Santri se-Pondok Pesantren Lirboyo.

Terlaksana di Aula Al Muktamar, ada dua kategori yang ditampilkan. Banjari yang diikuti sembilan grup rebana, dan Habsyi yang berjumlah 18 peserta.

Festival yang ke-enam ini dimulai sekitar pukul 09.00 WIs (Waktu Istiwa’). Agus Adibussholeh Anwar sebagai pembuka festival menyatakan, “Festival ini ajang untuk menambah kecintaan kita kepada baginda Rasulullah. Yang menang nanti, jangan sombong. Dan yang kalah jangan berkecil hati. Yang terpenting adalah kita bersama menghaturkan shalawat kepada nabi.”

Kategori Banjari mendapat giliran untuk diseleksi terlebih dahulu. Berlangsung hingga pukul 12.30 Wis, festival memasuki masa rehat selama satu jam. Setelahnya, panggung menjadi ajang aksi grup rebana kategori Habsyi, sampai petang hari.

Menjelang isya’, baru diketahui grup mana saja yang berhak mengikuti Grand Final. Grup itu lah yang pada jam 20.30 WIs kemudian tampil kembali di depan para penonton.

Masing-masing grup hanya diberi waktu tujuh menit untuk sekali lagi menunjukkan kemampuan maksimalnya. Dari delapan grup itu, yakni empat grup pada masing-masing kategori, tidak ada yang melewati batas waktu.

Festival yang diketuai oleh Agus Rofu’a Qodruh ini menyuguhkan hal baru. Panggung lebih bergairah dengan lampu-lampu sorot. Empat layar yang dipasang semakin memanjakan penonton. Terlebih, dokumentasi festival kali ini melibatkan profesional dari luar pondok. Maka beban yang ditanggung para peserta Grand Final semakin berat. “Banyak grup yang main aman hari ini, mungkin karena tingkat ekspektasi dari penonton lebih tinggi,” ujar Kholil, salah satu panitia.

Festival mencapai puncaknya ketika para dzuriyah naik ke panggung untuk bershalawat bersama. Agus Abdul Mu’id Shohib memulai dengan tawassul, yang kemudian diiringi dengan tetabuhan dan liukan suara shalawat maulid dari seluruh peserta Grand Final.

Setelahnya, barulah pemenang diumumkan oleh Agus Fahdina Ya Rouf. Pemenang kategori Banjari adalah (1) Salsabil dari HP Surabaya, (2) Antadulla dari HP Luar Jawa, dan (3) Tsamrotul Atsna dari HP Pekalongan.

Sementara kategori Habsyi diraih oleh (1) Al Mujtaba dari PP Unit HY, (2) As-Shiddiqiyah dari HP Madiun, dan (3) As Sundanis dari HP Pasundan.

Selain itu, juga diberikan penghargaan bagi vokal terbaik even ini. Dua grup yang dinilai menyajikan performa vokal yang meyakinkan juri adalah Salsabil dari kategori Banjari dan As-Shiddiqiyah dari kategori Habsyi.

Festival memang telah usai. Tetapi kecintaan kepada Nabi Muhammad tidak berhenti di sana. Ia haruslah terus tumbuh dan tumbuh. Demi menjaga titipan beliau, yakni islam sebagai rahmatan lil alamin.][

0

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.