LirboyoNet, Kediri- Sejak awal mula berdirinya, para kiai Nahdlatul Ulama dan pesantren memiliki ijtihad kreatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Mereka berhasil mencerminkan penyelarasan ide-ide keislaman dan kebangsaan secara ideal. Wawasan kebangsaan dalam sudut pandang fikih Islam menjadi sebuah kekuatan dan payung hukum syariat bagi warga NU dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Melihat realita demikian, Ma’had Aly Lirboyo yang berkonsentrasi (Takhassus) dalam bidang Fikih Kebangsaan terpanggil untuk mengkaji dan mengembangkan ijtihad kreatif para ulama Nusantara tersebut. Salah satunya dengan mengadakan kuliah umum Fikih Kebangsaan sebagai agenda wajib bagi seluruh Mahasantri semester 4 di setiap tahun ajarannya.
Kuliah umum yang bertemakan “Merajut Kebersamaan di Tengah Kebhinnekaan” tersebut dilaksanakan pada Sabtu kemarin (19/01) di auditorium Al-Muktamar, Ponpes Lirboyo. Acara yang diikuti oleh sekitar 600 mahasantri semester 4 tersebut menghadirkan KH. M. Azizi Hasbulloh—salah satu Tim Ahli Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU—sebagai pembicara.
Dalam kesempatan itu, KH. M. Azizi Hasbulloh memberikan uraian metodologi kerangka analisis adanya fikih kebangsaan. Dari kerangka tersebut kemudian diimplementasikan dalam berbagai wawasan kebangsaan. Dan pada akhirnya akan merumuskan konsep fikih kebangsaan sebagaimana yang telah dilakukan oleh para ulama Nahdlatul Ulama dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
“Rasulullah SAW. rela menghapus tulisan gelar Utusan Allah dalam perjanjian Hudaibiyah demi menjaga persatuan dan perdamaian.” ungkap Kiai Azizi.
Dalam kuliah umum yang beliau sampaikan, beliau lebih menekankan dalam konsep dakwah dan amar makruf nahi munkar untuk konteks ke-Indonesia-an yang akhir-akhir ini sering disalahpahami oleh sebagian kelompok islam garis keras.
“Pada hakekatnya, ketika tidak dilakukan secara benar, amar makruf nahi munkar sendiri telah memiliki empat kemunkaran. Pertama, merasa paling benar. Kedua, meremehkan orang lain. Ketiga, menyakiti orang lain. Keempat, membuka aib orang lain, lebih-lebih dilakukan secara terbuka dan di muka asyarakat umum.” pungkas kiai Azizi dalam pemaparannya. []
0