Saat merayakan Raya Idul Adha seperti ini, semua dari kita akan mengenang dan mencoba untuk meneladani kisah Nabi Ibrahim as. yang bermimpi diperintah Allah swt. untuk menyembelih putra tercintanya, Nabi Ismail as.
Meski pada akhirnya Allah swt. mengganti posisi putranya yang sudah terlentang siap untuk disembelih dengan kambing, kita bisa melihat betapa Nabi Ibrahim begitu sepenuhnya taat dan patuh atas perintah Tuhan sekalian alam, sekalipun diperintah untuk menyembelih putranya.
Berkurban, yang tujuannya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, bukanlah sebuah ritual yang hanya di jalankan oleh umat agama samawi belaka. Dalam beberapa literatur, disinyalir umat-umat terdahulu pun juga mempunyai tradisi serupa. Hanya, mereka memiliki cara dan jenis kurban yang berbeda-beda.
Jika kita tengok jauh ke belakang, di masa-masa awal kehidupan manusia, kita dapat menemukan peristiwa kurban yang dilaksanakan oleh dua putra Nabi Adam as. Mereka berdua diperintah oleh ayahnya untuk menghaturkan kurban.
Qobil yang petani berkurban dengan gandumnya yang buruk, sedangkan Habil yang peternak menghaturkan seekor domba sehat lagi baik. Maka kemudian, kurban milik Habil inilah yang diterima oleh Allah swt. Pertanda diterimanya kurban ini adalah dengan turunnya api dari langit yang mengambil kurban yang diterima.