Mengenal Lebih Dalam Sullam at-Taufiq

Mengenal Lebih Dalam Sullam at-Taufiq

Jika kamu berkunjung ke beberapa pesantren yang ada di negara Indonesia, khususnya jawa, kamu akan melihat ada satu kitab fan fiqh yang selalu menjadi kurikulum tingkat pemula (Ibtida’iyyah, tingkat Ula, dan sejenisnya) pada madrasahnya. Atau setidaknya seorang guru pesantren atau kiai pernah membacakan kitab tersebut di hadapan para santri-santrinya. Kitab yang cukup fenomenal di kalangan pesantren ini seakan menjadi primadona seorang santri yang hendak mengetahui ilmu dasar terlebih dahulu.

Sullam at-Taufiq

Kitab ini bernama lengkap Sullam at-Taufiq Ila Mahabbah ‘Ala at-Tahqiq. Merupakan kitab yang cukup padat, ringkas, dan sistematis. Bahasanya yang mudah membuat santri-santri pemula tidak kesulitan saat memahami, mempelajari dan menjelaskannya.

Karena saking ringkas dan padat dalam menjelaskan tema-temanya, kitab ini mendapat julukan sebagai kitab Mukhtashar (Ringkasan) yang berhaluan mazhab Syafi’i. Bahkan, salah satu Ulama kontemporer dari Ethiopia bernama Imam Abdullah Al Harari mengomentari bahwa kitab ini merupakan salah satu pedoman dasar dalam Ilmu Agama Mazhab Syafi’i yang cukup lengkap. Sebab, prinsip-prinsip dasar yang harus orang muslim ketahui ada semua dalam kitab ini. Sebagaimana yang pernah Nabi Muhammad Sampaikan dalam haditsnya, yaitu saat beliau kedatangan seorang pemuda misterius yang menanyakan tentang trilogi agama Islam. Sehingga, secara garis besar kitab Sullam at-Taufiq Ila Mahabbah ‘Ala at-Tahqiq menjelaskan trilogi agama Islam , yakni : ISLAM, IMAN, dan IHSAN.

Muatan hukumnya memberatkan?

Walaupun demikian, masih banyak anggapan dari beberapa kalangan bahwa kitab ini cenderung menampilkan hukum-hukum Islam yang agak berat. Bahkan dalam beberapa kasus tertentu, Imam Abdullah bin Husain bin Thahir menjelaskan konsekuensinya akan menjadi murtad (keluar dari agama Islam). dari situlah anggapan-anggapan itu muncul.

Bagi beliau, hal demikian bukanlah sebuah ironi. Sebab, beliau adalah salah satu ulama Tarim Hadramaut Yaman yang terbilang masyhur pada saat itu. Bahkan para penduduk sekitar Hadramaut sangat menghormati dan memuliakan beliau. Disamping itu, kota Tarim Hadramaut Yaman kala itu terkenal dengan sebutan “kota seribu wali”. Jadi tidak heran jika kitab karangan beliau lebih cenderung menampilkan hukum-hukum Islam yang agak berat menurut sebagian kalangan.

Imam Abdullah bin Husain bin Thahir

Jika mengulas keutamaan beliau, sangat banyak sekali hal-hal yang beliau teladankan kepada murid-muridnya dan umat Islam di sekitar Hadramaut. Tidak banyak yang bisa penulis ketahui tentang keistimewaan beliau. Namun, terdapat sebuah catatan kecil mengenai perjalanan hidup beliau yang ditulis oleh Imam Abdullah Al Harari dalam karyanya berjudul ‘Umdah ar-Raghib fi Mukhtashor Bughyah at-Thalib Hal. 10-11.

Cuplikan keterangan dalam kitab karangan Imam Abdullah Al Harari menurut penulis setidaknya ada 5 fakta menarik tentang Muallif (Pengarang) kitab Sullam taufiq ini (Imam Abdullah bin Husain bin Thahir). Yaitu :

  1. Tergolong masih keturunan Rasulullah Saw.
  2. Memiliki rutinitas setiap harinya membaca Laa Ilaaha Illaallah 25 ribu kali, membaca Yaa Allah 25 ribu kali, dan membaca Shalawat 25 ribu kali.
  3. Setiap hendak melakukan salat Fardhu selalu mandi dan memakai minyak wangi/wewangian terlebih dahulu.
  4. Selalu belajar kepada orang yang beliau temui dimanapun berada. Entah kepada yang lebih tua, atau kepada yang seumuran dengan beliau, atau kepada orang yang lebih muda dari beliau.
  5. Tidak menampakkan diri beliau sebagai pendakwah. Hal ini karena beliau lebih cenderung menerapkan sifat Khumul (tidak ingin terkenal). Padahal beliau termasuk ulama yang masyhur pada zamannya.

Selektif dalam memilih bacaan

Dari sini kita tahu, bahwa keistimewaan kitab Sullam at-Taufiq Ila Mahabbah ‘Ala at-Tahqiq serta pengarangnya sudah tidak diragukan lagi. Haliyah (Perilaku, tindakan) dan Maqoliyah (Ucapan) beliau senantiasa bermuatan ilmu dan bernilai ibadah kepada Allah Swt. Maka dari itu, tidak heran beberapa pesantren di Indonesia seakan menjadikan kitab ini sebagai materi wajib dalam kurikulumnya.

Hal ini juga menegaskan dalam memilih bacaan buku maupun kitab itu harus selektif. Sebab, kalau sampai salah dalam memilih, maka besar kemungkinan bukan malah bermanfaat, malah hanya membuang-buang waktunya secara percuma. Naudzubillahmindzalik. Sekian.

Baca Juga : Mengenal Kitab Fathul Mu’in

Media Sosial Pondok Lirboyo : Instagram, Facebook, Youtube, Tiktok.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.