Mengenal Syaikhuna KH. Maftuh Basthul Birri

  • tubagus godhonfar
  • Des 05, 2019

Abu Umamah r.a. meriwayatkan, bahwa ketika haji wada’ Rasulullah berdiri di atas unta berwarna kecoklatan lalu bersabda : “Wahai sekalian manusia, belajarlah sebelum ilmu itu dicabut dari bumi, ingatlah hilangnya ilmu adalah bersamaan dengan wafatnya ulama. Lalu ada seorang Baduwi bertanya, ya Rasul bagaimana bisa ilmu dicabut dari kita, sedangkan di antara kita terdapat mushaf yang tidak pernah berubah sedikitpun semenjak ditrunkan kepada para nabi ? Ibnu Mas’ud berkata : umat ini akan selalu dalam kebaikan selama masih berpegang pada ajaran para sahabat, dan jika mereka berpegang kepada orang-orang bodoh, dan terpecah belah, maka akan binasa.

Rabu (4/12/2019) Keluarga Besar Pondok Pesantren Lirboyo kehilangan salah satu ulama panutanya, seorang ulama kharismatik yakni KH Maftuh Basthul Birri yang merupakan pengasuh  Pon-Pes Murotilil Qur-an Lirboyo Kota Kediri. Telah dipanggil kehadirat Allah Swt.

KH. Maftuh Basthul Birri lahir pada tahun 1948 M, di desa Karangwuluh, kec. Kutoarjo, kab. Purworejo , jawa Tengah. Tidak diketahui secara pasti tanggal dan bulan kelahirannya. Purworejo (rumah KH. Maftuh Bahtsul Birri) dan sekitarnya adalah  daerah yang minus secara ekonomi. Masyarakatnya hanya mengandalkan  hidup dari bertani padi di sawah, kecuali hanya sedikit yang menekuni pekerjaan lainnya. Dengan keadaan seperti ini, maka orangnya banyak yang merantau  ke Sumatra dan Jakarta.

Kisaran Tahun 1961-1966, KH. Maftuh Basthul Birri  mondok di Pesantren Krapyak Yogyakarta. Beliau ikut Kiai Nawawi tujuh tahun lamanya, mulai di rumah Kutoarjo sampai mondok di Pesantren Krapyak selesai. Guru inilah  yang sebagai  dasar dan permulaan pendidikan ngaji beliau. Sehingga KH. Maftuh Basthul Birri  hasilkan ilmu hafal al-Qur’an, ilmu-ilmu agama, ilmu khoth (tulis Arab indah) dan lain sebagainya termasuk yang terakhir mengaji Qiro-at Sab’ sampai khatam.

Tahun 1966-1971, Lima tahun lamanya KH. Maftuh Basthul Birri mondok di Pesantren Lirboyo Kediri. Beliau menamatkan tingkat ibtidaiyah dan tsanawiyah Madrasah Hidayatul Mubtadiien (MHM) Lirboyo. Dulu belum ada tingkat Aliyah dan Ma’had Aly.

Tahun 1971-1974, Tiga tahun lamanya KH. Maftuh Basthul Birri mondok di Sarang, Lasem, Rembang, dengan mengaji kitab-kitab kuning dan memperdalam ilmu nahwu, sharaf dan ilmu fiqih.

Tahun 1974-1975, KH. Maftuh Basthul Birri melaksanakan ibadah haji yang pertama pada tahun tersebut. Ibunda beliau belum menunaikan ibadah haji, sedangkan ayahanda beliau sudah mengerjakan dan beliau sebagai anak pertama, maka beliau bisa pergi haji ini karena mengantarkan dan menjadi mahram ibu beliau. Setelah berhaji mengantarkan ibu, beliau tinggal di rumah beberapa bulan sambil mencari pasangan hidup. Ini terjadi pada tahun 1975 dan beliau menginjak usia sekitar 27 tahun.

Pernikahan beliau KH. Maftuh Basthul Birri bermula dari keinginan untuk sowan selepas menunaikan ibadah haji, kepada kiai beliau di Pesantren Lirboyo, yaitu Kiai Marzuqi Dahlan, karena beliau sudah lama tidak pernah sowan kepada beliau hingga beliau menunaikan ibadah haji. Maka, beliau sempatkan sowan. Pada umumnya orang atau santri sowan itu hanya sebentar, bertemu, dibacakan doa, lalu selesai, pulang. Namun sowan beliau kali ini tidak seperti biasanya. Setelah beliau menghadap KH. Marzuqi Dahlan. KH. Marzuqi Dahlan ingin menjodohkan beliau dengan putrinya yang nomor lima yang bernama Khotimatul Khoir. Setelah beliau KH. Marzuqi Dahlan menyampaikan dawuh-nya, beliau juga menyampaikan tambahan dawuh-nya yang kira-kira begini bahasa indonesianya:”Tidak usah dijawab sekarang, besok saja kapan-kapan saya mau menemui orangtuamu di Kutoarjo”.

Dan ternyata beberapa bulan kemudian, Kiai Marzuqi sungguh-sungguh datang ke Kutoarjo (bersama KH. abdul Aziz Manshur menantunya, KH. Bahrul Ulum Marzuqi, dan Gus Akhlis), untuk bertemu dengan orang tua  KH. Maftuh Basthul Birri. Akhirnya diputuskan pada tanggal 29 syawal akad nikah dilangsungkan di Lirboyo. Dengan demikian, terjadilah apa yang di kehendaki Allah untuk beliau pada akhir syawal itu.()

*Disarikan dari Buku Sepercik Air Laut Perjalanku (Otobiografi KH. Maftuh Basthul Birri)

0

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.