Mengubah Pancasila, Pergi Saja!

LirboyoNet, Kediri – Pemuda, oleh siapapun ia dilahirkan, adalah harapan bagi bangsanya.  Ketika ia baik, cerahlah masa depan bangsanya. Ketika ia tumbuh menjadi apatis -acuh tak acuh dan tak peka terhadap alur hidup masyarakatnya- bangsanya jelas sedang mengalami masa kritis.  Milla, salah satu aktivis Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kota Kediri meresahkan hal ini.

KH. M. Anwar Iskandar juga sempat merasa pesimis. Beliau melihat jauhnya anak-anak muda sekarang dengan wawasan kebangsaan. Faktanya, banyak ditemukan para pelajar maupun tokoh terpandang yang tidak hafal dasar-dasar negara, bahkan Pancasila.

“Namun, saat Gus Said (Agus Said Ridlwan, salah satu dzuriyah PP Lirboyo, -red) mendatangi saya, saya optimis. Dialog kebangsaan yang beliau tawarkan perlu dikembangkan dengan serius. Terutama, karena Indonesia sekarang digerogoti aliran-aliran radikal. Ini sangat mengkhawatirkan,” terang beliau saat memberikan ceramah ilmiah di Masjid Agung Kota Kediri, Rabu kemarin (18/05).

Pemuda sekarang, sebut Yai War (sapaan karib beliau), harus mendewasakan diri dalam melihat dirinya sebagai bangsa. Mereka harus aktif dalam forum-forum perdamaian. Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), semisal. “Dengan selalu aktif, pada saatnya kalian akan menjadi besar dan berguna bagi bangsa,” harap beliau.

Mereka harus sadar, bahwa dalam berbagai hal mereka boleh berbeda. “Warna kulit, asal daerah, kaya-miskin, latar belakang pendidikan, agama bahkan, boleh kalian tidak sama. Tapi bangsa harus diperjuangkan bersama. Bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila, UUD 45, dan Bhinneka Tunggal Ika mutlak harus disepakati bersama,” tegas pengasuh PP Al-Amin, Ngasinan Kediri itu.

Bela bangsa berada pada posisi tertinggi dalam Islam. Terlepas dari maudlu’ tidaknya, hadits ‘hubbul wathan minal iman,’ banyak mendapat respon positif dari ulama salaf dalam diskursus yang mereka tawarkan, baik lewat turats (kitab-kitab) mereka maupun pendapat para murid. Ketika ia menjadi bagian dari syarat keimanan, maka bela bangsa juga berarti bagian dari ibadah. Dalam tingkat yang lebih serius, ia menjadi inti dari ibadah.

“Ini (bela bangsa) telah dielaborasi oleh sayyid Abdurrahman bin Muhammad Ba’lawi dalam kitabnya, Bughyatul Mustarsyidin. Allah mewajibkan hambanya untuk menjaga kulliyatul khoms,” lanjut beliau. Kulliyatul Khoms (Lima Tema Besar) itu adalah: al dien (agama); al ‘aql (akal); al maal (harta); al nasl (keturunan); dan al ‘irdl (harga diri).

Dalam syarahnya, harta paling berharga yang dimiliki seorang muslim adalah bangsanya. Dan harga diri yang paling mahal adalah harga diri sebagai anak bangsa. Dengan berpegangan kepada tema besar ini, muslim Indonesia sudah mempunyai alasan yang lebih dari cukup untuk memperkukuh Nusantara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.