Tidak lama ini rame di media sosial pembicaraan soal sujud. Banyak pihak yang berkomentar, menyampaikan opini masing-masing mengenai sujud yang dilakukan serentak oleh pihak kepolisian di malang.
Sujud yang dilakukan tersebut bertujuan untuk menyampaikan permintaan maaf dan untaian do’a untuk korban kanjuruhan;
“Kami bersujud dan bersimpuh memohon ampunan-Mu Ya Rabb, menghaturkan maaf kepada korban dan keluarganya serta seluruh aremania aremanita, seraya memanjatkan doa agar situasi kamtibmas kembali kondusif, kabulkan doa kami ya Rabb…..”
Untuk itu kiranya penulis ingin mengulas sedikit perihal sujud untuk memberikan sedikit wawasan mengenai hukum sujud menurut kacamata syari’at.
Sujud secara bahasa meruapakan derefasi dari kata سجد yang memiliki arti merendah, meletakkan kening ke tanah. Adapun secara istilah sujud adalah meletakkan kening atau sebagian kening di atas bumi atau benda yang menempel dan menetap di bumi dengan cara-cara tertentu.
Al-Qur’an paling tidak menceritakan dua peristiwa sujud yang dilakukan antar makhluk. Pertama, sujudnya malaikat kepada Nabi Adam as. Ketika Allah Swt. menciptakan Adam dan meniupkan ruh ke dalam jasadnya, para malaikat pun sujud atas perintah-Nya kecuali Iblis. Dengan sikap congkaknya Iblis tidak mau sujud kepada Nabi Adam as.
Kedua, sujudnya putra Ya’kub kepada Nabi Yusuf. Tak kala nabi Yusuf melewati ujian yang begitu dahsyat, mulai dibuang oleh saudara sendiri ke dalam sumur, dijual dan dijadikan budak oleh salah satu penguasa mesir, mendapat fitnah dari istri majikan hingga berakhir dipenjara. Pada akhirnya, takdir menghantarkan Nabi Yusuf menjadi Nabi dan salah satu penguasa mesir.
Atas permintaanya, keluarga besar Nabi Ya’kub, cikal bakal bangsa Bani Israel, hijrah dari Kan’an menuju Mesir.
Sesampainya di Mesir keluarga Nabi Ya’kub disambut oleh Nabi Yusuf beserta pasukan yang mendampinginya.
Mengetahui kekuasaan Nabi Yusuf, seluruh keluarga Nabi Ya’kub sujud kepada Nabi Yusuf. Sambil berbisik kepada sang ayah, Nabi yusuf berkata. “Wahai ayah…! ini adalah pembuktian atas mimpiku terdahulu”.
Kendati Para ulama berbeda pandangan mengenai praktik dan motif sujud yang dilakukan para malaikat, sebagian berpendapat bahwa para malaikat hanya menjadikan Nabi Adam sebagai kiblat untuk melakukan sujud yang diperintahkan Allah Swt. Sebagian lagi berpendapat yang dikehendaki sujud para malaikat kepada Nabi Adam adalah penghormatan kepada Nabi Adam dengan cara membungkukkan badan.
Begitu pula sujudnya saudara Nabi Yusuf. Pendapat yang kuat menurut Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, para saudara yusuf melakukan penghormatan kepada Nabi Yusuf dengan cara membungkukkan badan tidak sampai meletakkan kepala di atas tanah.
Namun ulama sepakat bahwa, dua kisah sujud yang disebutkan bukanlah sujud ibadah dan pengagungan kepada makhluk selain Allah Swt.
Di dalam syariat islam sujud merupakan media untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. bahkan dalam posisi sujud seorang hamba akan mendapatkan tempat paling dekat dengan tuhannya, sebagaimana firman Allah Swt. dalam al-Quran;
كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ [العلق ١٩]
“Sekali-kali tidak! Janganlah patuh kepadanya, (tetapi) sujud dan mendekatlah (kepada Allah).” (Qs al alaq ayat: 19)
Rasulullah saw. menjelaskan;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
“Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, ‘Momentum terdekat seorang hamba dan Tuhannya adalah ketika sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa saat itu,” (HR Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i).
Sujud bisa menjadi media paling ampuh untuk mendekatkan diri kepada tuhan disebabkan, dengan sujud seseorang secara simbolis menunjukkan kerendahan diri dengan meletakkan anggota tubuh yang paling dibanggakan menyentuh tanah secara langsung. Tempat yang selalu diinjak-injak setiap hari oleh setiap pasang kaki. Maka dari itu, kala Allah Swt. memerintah Iblis untuk sujud kepada Nabi Adam as. Iblis menolak, sebab itu berarti ia harus merendah pada makhluk yang menurutnya lebih rendah.
Sebagaimana dijelaskan oleh Al Hafids ibn Rojab;
السُّجُودُ أعْظَمُ ما يَظْهَرُ فِيهِ ذُلُّ العَبْدِ لِرَبِّهِ ، حَيْثُ جَعَلَ العَبْدُ أشْرَفَ ما لَهُ مِن الأعْضاءِ وأعَزَّها عَلَيْهِ وأعْلاها حَقِيقَةً أوْضَعَ ما يُمْكِنُهُ فَيَضَعُهُ فِي التُّرابِ مُعَفَّرًا، ويَتْبَعُ ذَلِكَ انْكِسارُ القَلْبِ وتَواضُعُهُ وخُشُوعُهُ، ولِذا كانَ جَزاءُ العَبْدِ إذا فَعَلَ ذَلِكَ أنْ يُقَرِّبَهُ اللَّهُ إلَيْهِ، فَإنَّ أقْرَبَ ما يَكُونُ العَبْدُ مِن رَبِّهِ وهُوَ ساجِدٌ
“Sujud adalah agungnya perkara yang nampak di dalamnya hinanya seorang hamba kepada tuhannya, sekira ia menjadikan anggota yang paling mulya, berharga dan tinggi kedudukannya dari pada anggota yang lain, serendah yang ia bisa. Maka ia letakkan anggota itu ke tanah disertai perasaan hancurnya hati, rendahnya hati dan tenangnya hati. Maka dari itu balasan hamba ketika sujud adalah didekatkan kepada Allah Swt. Sebab posisi paling dekat seorang hamba dengan tuhannya adalah sujud.”
Meskipun demikian sujud tidak boleh dilakukan dengan sembarangan. Dalam kajian fiqh, sujud adakalanya wajib dan adakalanya sunah. Sujud yang wajib dilakukan adalah sujud ketika melakukan ibadah salat.
Sedangkan sujud yang sunah adalah sebagai berikut;