Pengertian Haid

Pengertian Haidl dan Hukum Belajar ilmu Haidl

Pengertian haid atau  menstruasi, secara harfiah (lughot) mempunyai arti mengalir. Sedangkan menurut arti syara’ adalah darah yang keluar melalui alat kelamin wanita yang sudah mencapai usia minimal 9 tahun kurang 16 hari secara kurang sedikit (usia 8 tahun 11 bulan 14 hari lebih sedikit), dan keluar secara alami (tabiat perempuan) bukan karena melahirkan atau suatu penyakit pada rahim.

Dengan demikian, darah yang keluar ketika wanita yang belum berumur 9 tahun kurang 16 hari kurang sedikit atau karena penyakit/melahirkan, bukan darah haid.

Pada umumnya, wanita dalam setiap bulan selalu mangalami haid secara rutin sampai masa menopause (usia tidak keluar haid). Namun tidak menutup kemungkinan terjadi haid pada masa-masa usia senja, sebab tidak ada batas usia maksimal wanita mengeluarkan darah haid.

“Wajib bagi setiap wanita yang sudah baligh untuk belajar dan mengerti permasalahan yang berhubungan dengan haid, nifas dan istihadloh.”

Dalil al-Quran tentang  pengertian haid

Dasar haid di dalam al-Qur’an adalah sebagaimana dalam Surat al-Baqarah ayat 222.

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِين

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah, ‘Haid itu adalah kotoran.’ Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang telah  Allah tetapkan kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.”

Dalil hadis tentang pengertian haid

Sedangkan dasar haid dari hadis Nabi SAW seperti penjelasan dalam riwayat Imam Buhori beserta Imam Muslim ra.

هَذَا شَيْئً كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَى بَنَاتِ أَدَمَ

Artinya: “Ini (haid) merupakan sesuatu yang telah ditakdirkan Allah kepada cucu-cucu wanita Adam”. (HR. Bukhari-Muslim).

Hukum Belajar Ilmu Haid

Mengingat permasalahan haid selalu bersentuhan dengan rutinitas ibadah setiap hari, maka seorang wanita dituntut untuk mengetahui hukum-hukum permasalahan yang dialaminya, agar ibadah yang ia lakukan sah dan benar menurut syara’.

Untuk mengetahui hukum permasalahan tersebut, tidak ada jalan lain kecuali belajar. Sedangkan ketentuan hukum mempelajarinya adalah sebagai berikut:

Fardlu ‘ain bagi wanita yang baligh

Artinya, wajib bagi setiap wanita yang sudah baligh untuk belajar dan mengerti permasalahan yang berhubungan dengan haid, nifas dan istihadloh. Sebab mampelajari hal-hal yang menjadi syarat keabsahan dan batalnya suatu ibadah adalah fardlu ‘ain.

Sehingga setiap wanita wajib keluar dari rumah untuk mempelajari hal tersebut. Dan bagi suami atau mahram tidak boleh mencegahnya, manakala mereka tidak mampu  mengajarinya. Jika mampu, memberi penjelasan dan diperbolehkan baginya untuk mencegah wanita tersebut keluar dari rumah.

Fardlu kifayah bagi laki-laki

Mengingat permasahan haid, nifas dan istihadloh tidak bersentuhan langsung dengan rutinitas ibadah kaum laki- laki, maka hukum mempelajarinya adalah fardlu kifayah. Sebab mempelajari ilmu-ilmu yang tidak bersentuhan langsung dengan amaliah ibadah yang harus dilakukan, hukumnya adalah fardlu kifayah. Hal ini untuk menegakkan ajaran agama dan untuk keperluan Ifta’ (fatwa).

Yang menjadi perhatian juga, bagi orang tua wajib memerintahkan anaknya, baik laki-laki atau perempuan, untuk melaksanakan sholat ketika sudah berumur 7 tahun, dan memukulnya sekira menjerakan, tatkala meninggalkan sholat ketika sudah genap umur 10 tahun.

Di samping itu, juga wajib melarangnya dari segala perbuatan yang telah agama haramkan dan memberi pelajaran tentang hal-hal yang menjadi kewajiban baginya ketika sudah baligh. Termasuk di dalamnya permasalahan haid, nifas dan istihadloh.

Ketika anak sudah baligh, maka tanggung jawab orang tua sudah dianggap gugur dan beralih menjadi tanggung jawab anak itu sendiri.

Uraian ini disarikan dari; Uyun al-Masail Linnisa; LBM-Pondok Pesantren Lirboyo 2002M.

Referensi

  • Al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab juz; 2 hal; 373 Maktabah Salafiyyah;
  • Al-Ummm Muhammad bin Idris asy-Syafi’i  Juz; 1 Hal; 55 as-Syaab;
  • Fath al-Qorib ma’a Hasyiyah al-Bajuri Juz; 1 Hal; 113 Dar ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyah;
  • Fathu al-Wahab ma’a Hasyiyah al-Jamal Juz;1 Hal; 246 Dar al-Fikr;
  • Hasyiyah al-Jamal Juz; 1 Hal:242 Dar al-Fikr;
  • Kitab al-Fiqh Ala al-Madzhab al-Arba’ah Juz; 1 Hal; 126 Dar al-Fikr;
  • Bahru al-Roiq fi Furui Hanafiyah Juz; 1 Hal; 330-331 Darul al-Kutub Ilmiyah;
  • Hasyiyah Syarqowi Juz; 1 Hal;147 Haromain;
  • Hasyiyah al Bujairomi alal Khothib / al Iqna’ Juz; 1 Hal; 367 Dar al-Fikr;
  • Hasyiyah i’anah al thalibin. Juz; 4 Hal; 80 Dar Ihya’ al-Kutub  al-Arobiyah;
  • Syarah Talim Mutaalim Hal; 4 Sulaiman Mar’i;
  • Hasyiyah i’anah al-Tholibin Juz; 2 Hal; 181 Dar Ihya’ al-Kutub al-Arobiyah;
  • Sulam Taufiq ma’a Isadur al-Rofiq Juz; 1 Hal; 72-73 al-Hidayah Surabaya.

Jangan lupa untuk dukung youtube dan media sosial Pondok Lirboyo, agar semakin berkembang dan maju. Baca juga khutbah jumat lainnya di lirboyo.net.

 

 

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.