Lirboyo.net (18/05/23) – Bertepatan pada malam Kamis, 28 Syawal 1444 H., diperingati haul salah satu Masyayikh Lirboyo KH. Abdulloh Ma’sum Jauhari, di kediaman Agus H. Badrul Huda Zainal Abidien Syarif.
Memperingati haul KH. Abdulloh Ma’sum Jauhari atau yang biasa dipanggil Gus Ma’sum, rasanya kurang afdhol jika tidak dibarengi dengan pengetahuan tentang sosok beliau.
Selain dikenal sebagai sosok pemberani dan tegas dalam bersikap, Gus Ma’sum juga dikenal sebagai sosok yang santun dan tawadhu.
Ketawadhuan ini sebagaimana persaksian KH. Ahmad Idris Marzuqi w. 2014 (Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo) yang termaktub dalam buku Gus Maksum, Sosok dan Kiprahnya; “Di balik kekerasannya, ia mempunyai sikap yang sangat tawadhu (rendah hati).”[1]
***
Membahas tentang tawadhu, dalam satu kesempatan beliau pernah dawuh: “Banyak orang yang ilmunya sedang-sedang saja, tapi betapa hebatnya manfaat dan barokahnya karena ditunjang oleh sifat tawadhu dan banyak khidmah tholabul ‘ilmi.”
Sikap tawadhu dan etika santun yang melekat pada pribadi Gus Ma’sum, menjadi keberkahan tersendiri dalam dakwah beliau. Gus Ma’sum dikenal di masyarakat luas tidak hanya dikarenakan peristiwa-peristiwa luar biasa yang dilakukan beliau, akan tetapi ketawadhuan dan kesantunan beliau menjadikan dakwahnya diterima di masyarakat luas.
Dalam berdakwah, beliau selalu menekankan agar dakwah dilakukan dengan tutur bahasa yang halus dan menyejukkan. Sehingga, orang yang menjadi objek dakwah mau untuk menerima pesan-pesan dakwah dengan sepenuh hati.[2]
Tidak hanya etika kesopanan dan tutur bahasa yang menyejukkan saja agar dakwah dapat diterima dengan baik. Pengetahuan tentang ilmu kemasyarakatan juga sangat perlu diperhatikan. Karena dengan mengetahui ilmu kemasyarakatan, kita akan mengetahui bahwa kondisi setiap orang tidak sama. Bisa jadi, yang disampaikan akan bermanfaat bagi satu kelompok, namun bisa juga menyinggung kelompok lain ketika disampaikan dalam ruang yang bukan semestinya.
Gus Ma’sum paham betul tentang ilmu kemasyarakatan ini. Tak ayal, beliau berpesan kepada para santri untuk mengamalkan ilmu yang telah didapat dan sesuaikan (dalam mengamalkan ilmu tersebut) dengan kondisi di lingkungannya. Sebagaimana yang tersirat dalam dawuh beliau:
“Amalkan ilmu yang kalian dapatkan dan sempurnakan, serta sesuaikan dengan ilmu kemasyarakatan.”[3]
***
Acara tahlil dilaksanakan secara khusyuk dan khidmat. Dihadiri oleh segenap Masyayikh Lirboyo dan masyarakat setempat.
Dalam suasana haul ini, penulis mengajak untuk bersama-sama membacakan Surat Al-Fatihah kepada beliau. Semoga kita semua bisa mendapatkan percikan barokahnya. Amiin. Alfatihah..
Baca juga: Dawuh KH. Abdulloh Ma’sum Jauhari
Tonton juga: MEMPERINGATI 1000 HARI WAFATNYA KH. A. HABIBULLAH ZAINI
[1] Tim Pengelola Majalah Misykat, Gus Maksum Sosok dan Kiprahnya (Kediri: Lirboyopress, 2012) 36, cet. III
[2] Ibit, 136
[3] Ibit, 148