Peringatan Haul Ke Tiga Al-Maghfurlah KH. Maftuh Basthul Birri

LirboyoNet, Kediri, Rabu, (02/11/2022) – Peringatan Haul Al-Maghfurlah KH. Maftuh Bahtsul Birri yang ketiga berserta mengirimkan do’a kepada Al-Maghfurlahum Ibu Nyai Hj. Khotimatul Khoiriyyah, Agus Labibus Sa’id, Agus Munhamir Ma’sum, dan Aning Aizzah Afiyah dilaksanakan di Pondok Pesantren Murottilil Qur’an Kodran yang bertepatan pada Rabu malam Kamis, 08 Rabiul Akhir 1444 H.

Acara ini dihadiri KH. Abdul Hamid Abdul Qodir, segenap Masyayikh Pondok Lirboyo; KH. Abdulloh Kafabihi Mahrus, KH. AH. Zamzami Mahrus, KH. Athoillah S. Anwar, KH. Ahmad Mahin Toha, serta segenap keluarga Pondok Pesantren Murottilil Qur’an; K. Muhammad Khotibul Umam, K. Husain Syafi’i, Agus Mu’tashim Atabillah, Nyai Hunaiyatul Maryam.

Dalam mau’idhoh KH. Abdulloh Kafabihi Mahrus menuturkan; KH. Maftuh Bahtsul Birri sangat berjasa dalam mengembangkan al-Qur’an khususnya di Pondok Pesantren Lirboyo. Beliau pula yang menyebarkan Qur’an Rosm ‘Ustmani. Maka mudah-mudahan apa yang dikerjakan oleh beliau diterima oleh Allah. Amin ya robb al-‘âlamîn.

Jasa guru bagi kita sangat luar biasa yang tidak mungkin terbalaskan, apalagi guru al-Qur’an. Dalam hadis, Rasullah SAW bersabda:

«خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ»

“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Dalam hal ini memandang sudut ta’lim (sebaik-baiknya orang) yaitu mengajarkan al-Qur’an dan melihat sudut orang yang belajar (sebaik-baiknya orang) adalah orang yang belajar al-Qur’an.

Namun hadis ini bukan untuk mengukur kebaikan seseorang. Dalam arti misalkan si fulan belajar al-Qur’an, terus dibuat untuk menilai seseorang bahwa si fulan lebih baik dari yang lainnya, bukan demikian. Si fulan mengajar al-Qur’an, bukan berarti si fulan lebih baik dari guru yang lain, bukan demikian. Sebab keutamaan itu sirru min asrorillah (salah satu rahasia dari beberapa rahasianya Allah).

Untuk menggambarkan penjelasan di atas, KH. Abdulloh Kafabihi Mahrus kemudian meneruskan dengan cerita Nabi Musa AS yang meminta kepada Allah SWT tentang bacaan yang paling istimewa. Maka oleh Allah, Nabi Musa di suruh untuk membaca lâ ilahaillâh. Kata Nabi Musa, “Ya Rabb. Kalimat lâ ilahaillâh ini kan dibawa oleh nabi-nabi yang lain?” (sebab para Nabi itu ajarannya tauhid. Sejak Nabi Adam mengatakan bahwa Allah itu satu, yang biasa diucapkan dengan lâ ilahaillâh). Kemudian Allah menjawab: “Ya Musa, seandainya kalimat lâ ilahaillâh itu ditimbang dengan langit, bumi dan seisinya, maka kalimat lâ ilahaillâh lebih berbobot daripada langit, bumi dan seisinya.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.