Refleksi Tahun Baru Islam

  • Nasikhun Amin
  • Sep 09, 2018

Jarum jam terus berputar, menjadi pertanda perputaran kehidupan semakin berkurang. Kenangan masa lalu pun bersedia untuk dikenang. Walaupun ada yang tertinggal di setiap keberangkatan, dan ada yang terbawa pada saat ditinggalkan, harus diakui semua itu adalah realita kehidupan.

Tahun baru Hijriyyah yang datang akan menandai dimulainya sebuah babak baru dalam episode-episode kehidupan yang dijalani oleh setiap orang, setiap umat, atau setiap bangsa. Menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya merupakan sebuah keharusan demi menapaki babak baru yang akan dimulai.

Untuk merealisasikannya, sikap dan tindakan yang palig utama dilakukan adalah evaluasi. Sebuah upaya untuk mengoreksi diri dari kekurangan-kekurangan serta membenahi dan meningkatkan kualitas diri. Seluruh elemen kehidupan perlu memprioritaskan aspek ini, mulai dari individu perorangan, organisasi, umat, maupun bangsa. Karena pada dasarnya, aspek ini yang akan menjadi pijakan dasar dalam melangkah dan menentukan sikap serta tindakan di tahun berikutnya. Karena sudah menjadi rahasia umum, tanpa evaluasi yang benar dan matang akan nyaris mustahil atau setidaknya sangat mustahil bagi siapapun untuk melakukan pembenahan dan peningkatan secara maksimal fase kehidupan di tahun selanjutnya.

Dengan demikian, tahun baru Islam menjadi  momentum pengayaan diri untuk melakukan intropeksi bagi setiap individu manusia guna memperbaiki kualitas diri yang pada gilirannya mengantarkan umat pada kemajuan dan kejayaannya. Allah swt. telah berfirman dalam al-Qur’an:

إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ

“Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”, (QS. Ar-Ra’du: 11)

Selama suatu kaum enggan melakukan evaluasi diri dan membenahi kemunduran serta ketertinggalannya, maka Allah swt. tidak akan menjadikan mereka umat yang maju. Yang perlu digarisbawahi dalam konteks ini, bukan berarti Allah swt tidak mampu untuk memajukan umat dengan kekuasaan-Nya. Karena pada dasarnya, Allah swt. maha mampu untuk memajukan umat-Nya tanpa campur tangan dan partisipasi mereka. Hanya saja, Allah swt. telah menjadikan hukum sebab-akibat menyatu dan tidak dapat dipisahkan dari instrumen indah kehidupan. Sehingga tak heran, pada ayat selanjutnya Allah swt. berfirman:

وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚوَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

“Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka sendiri”, (QS Ar-Ra’du: 11)

Demikian cara islami yang mesti dilakukan umat Islam dalam menyambut tahun baru Islam. Sehingga pengagungan dan kemuliaan yang ada di dalamnya tak sebatas simbolis euforia belaka. Namun lebih dari itu, yakni tahun baru Islam sebagai ajang untuk membangun kemajuan dan integritas umat, bangsa dan negara. []waAllahu a’lam

0

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.