Risalah tentang Cinta yang tidak Picisan

Risalah tentang Cinta yang tidak Picisan

Ketika kebahagiaan adalah hal yang bersifat artifisial (palsu, semu) dan untuk lari dari keadaan tersebut, kita selalu melakukan tinakan-tindakan yang sebenarnya memperparah kebosanan. Tindakan tersebut salah satunya adalah mengkonsumsi produk-produk yang sebenarnya tidak dibutuhkan ataupun melakukan aktifitas-aktifitas yang sia-sia. Pelarian dari aktifitas dan tindakan itu adalah batu terjal dunia yang menghalangi kita untuk mendapatkan dan merasakan kebahagiaan sejati.

Lantas, apa yang akan menjadi kebutuhan paling mendasar dari kita, umat manusia? Telah banyak pemikir-pemikir besar memberikan jawabannya secara beragam. Salah satunya adalah Erich Formm, seorang psikoanalisis kenamaan dari Frankfrut school. Bagi Erich From, kebutuhan yang paling mendasar dari umat manusia adalah penyatuan atau kebersamaan agar bisa terbebas dari penjara kesunyian. Pengalaman keterasingan diri, kata Fromm, merupakan penyebab utama kecemasan dan keputus-asaan serta hilangnya suatu harapan.

Usaha memenuhi kebutuhan mendasar itu adalah tindakan mencintai. Sebuah kecondongan hati yang harus dijaga agar ia tetap suci dan menyinari alam pikir, tindakan, dan kesadaran kita hingga apa-apa yang kita lakukan adalah sebuah kebaikan dan kebahagiaan yang terberkahi. Tentu saja penulis sedang tidak membahas cinta seorang pemuda tanggung dengan perempuan idamannya. Bukan. Lebih dari itu, mencintai kanjeng Nabi Muhammad Saw sumber segala cinta.

Mencintai kanjeng Nabi Muhammad Saw adalah sebuah keniscayaan bagi orang Muslim. Cinta orang Muslim kepada kanjeng Nabi Muhammad Saw adalah watak yang tak bisa dirubah. Namun begitu, setiap orang mempunyai kadar cinta yang berbeda-beda tergantung seberapa kuat ta’aluq kepada kanjeng Nabi Muhammad Saw. Dari keterikatan hati itu cahaya cinta menyinari hati orang Muslim. Lalu melalui hati yang penuh dengan kebaikan itulah menyebabkan hidup menjadi bahagia. Penuh energi positif.

Keutamaan kitab

Kitab Risalah fit Ta’aluqi bi Janabihi wal ‘Ukuuf ala Babihi Sholla Allahu alaihi wa sallam adalah salah satu kitab yang rekomended untuk belajar mencintai kanjeng Nabi Muhammad Saw. Kitab ini dikarang oleh Syaikh Rasyid Al-Rasyidi At-Tadafi 1880-1989 Masehi. Beliau adalah murid dari Sayyidul Muhibbin, Syaikh Yusuf An-Nabhani.

Dalam kitab ini, dijelaskan bagaimana kiat dalam merajut ta’aluq dengan kanjeng Nabi Muhammad Saw dengan menukil dawuh-dawuh ulama dan ‘arifiin. Sebagaimana dikatakan, al-madad bi qodri masyhad. Dengan membaca bagaimana hubungan ulama dan ‘arifiin dengan kanjeng Nabi Muhammad Saw, pembaca juga akan diajak memandang kanjeng Nabi Muhammad Saw sebagaimana pandangan ulama dan ‘arifiin. Tentu saja, pembaca juga akan mengerti bagaimana cinta-kerinduan mereka kepada kekasih hati, Baginda Agung Nabi Muhammad Saw. Hingga kita, pembaca, bisa belajar mencintai kanjeng Nabi Saw sebagaimana ulama dan ‘arifiin mencintai kanjen Nabi Muhammad Saw.

Dalam kitab ini diterangkan juga syamail Rasul Saw dan cerita-cerita orang yang mencintai kanjeng Nabi Muhammad Saw. Dari cinta sahabat hingga orang yang tidak pernah menemuinya. Mencintai beliau Saw adalah cinta yang tak pernah ada penghianatan. Mencintai beliau Saw adalah cinta yang tidak bertepuk sebelah tangan. Kiranya kitab yang ditulis dengan ringkas namun padat makna ini sangat bagus untuk dibaca oleh siapa saja yang ingin mencintai kanjeng Nabi Muhammad Saw tulus yang dengan cinta itu, kita dilimpahi energi-energi positif untuk melakukan kebaikan, menggunakan hidup untuk segala hal yang mengantarkan pada ridha-Nya.