LirboyoNet, Kediri – Sejarah baru tertoreh di gedung Lajnah Bahtsul Masail (LBM), Sabtu (30/07). Untuk pertama kalinya, Pondok Pesantren Lirboyo secara resmi menebar santri-santrinya. Mereka ditugaskan untuk berkhidmah. Ratusan daerah menjadi titik tujuan. Bagi beberapa pesantren maupun madrasah, bisa jadi para santri yang mereka minta ini menjadi berkah. Bagi para santri, program wajib khidmah ini menjadi ajang untuk mengharapkan barokah.
Sebenarnya, keputusan untuk membuka diri bagi pesantren dan madrasah luar untuk meminta guru bantu, baru diketok palu bulan Rabiul Awal lalu. “Setelah itu, (para pengurus) rapat secara maraton. Kita cari formula terbaik bagaimana program ini bisa berjalan. Alhamdulillah, akhirnya bisa terlaksana di tahun ini juga,” papar KH. Atho’illah Sholahudin Anwar pagi itu.
Ada banyak pertimbangan dalam memutuskan hal ini. Diantaranya, santri yang tidak mempunyai tanggungjawab khidmah, baik di pondok maupun sekolah, seringkali terlihat resah. Eman sekali jika potensi mereka yang mereka miliki tidak disalurkan dengan baik.
Khidmah adalah salah satu cara untuk mengoptimalkan potensi itu. Apa yang santri dapatkan di pondok, akan dapat berguna dan tercerna ketika dileburkan dalam khidmah di tengah masyarakat. Maka wajar jika program ini langsung dijalankan bagi santri mutakhorijin (alumnus) periode 1436/1437 H. ini.
Faktanya, program guru bantu sebenarnya bukanlah program yang murni baru bagi Ponpes Lirboyo. Bertahun-tahun lalu, sudah dimulai berdakwah mingguan di daerah-daerah membutuhkan. Semisal, setiap hari Kamis, tidak kurang dari 30 santri diterjunkan ke pelosok desa yang tersebar di Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri. Di Jumat paginya, puluhan santri lain juga ditugaskan untuk mengajar di beberapa sekolah di Kota Kediri. Hanya saja, program ini lebih dikembangkan lagi. Bukan hanya masyarakat Kediri yang merasakan alunan dakwah para santri. Kini, madrasah-madrasah di Sumatera dan Kalimantan pun ikut mencicipi ilmu para santri Ponpes Lirboyo.
Memang, program yang terhitung mendadak ini membuat banyak santri kaget. Imam Masyhuri, santri asal Riau yang mendapat tugas khidmah di Gurah, Kediri mengakui hal itu. “Saya sempat shock setelah tahu akan ada kewajiban khidmah. Apalagi saya ditempatkan di Madrasah Ibtidaiyah di Gurah. Hehe. Gawatnya, yang saya pegang adalah kelas dua,” imbuhnya. Memang belum terbayang susahnya. Namun itulah santri. Harus siap sedia diletakkan di manapun.
Beberapa waktu lalu, setelah dibukanya program guru bantu ini, terutama setelah terdengar di berbagai pelosok Nusantara, ‘jatah’ santri segera habis dalam waktu tidak begitu lama. Padahal, masih banyak pesantren maupun madrasah yang mengantri untuk mendapatkan guru bantu. Walhasil, mereka harus bersabar menanti tahun depan.
Meningkatnya kebutuhan pesantren-pesantren akan hadirnya guru bantu juga terlihat dari ‘ketidaksabaran’ mereka. Beberapa santri diberangkatkan terlebih dahulu ke daerah di mana mereka akan ditempatkan. Itu terjadi pada bulan Ramadlan lalu. Karenanya, acara ini hanya bisa mereka ikuti lewat media sosial dan kabar dari kawan-kawan.
“Yang paling penting adalah, kalian menjaga akhlakul karimah. Bagaimanapun alimnya seseorang, nek ora nganggo akhlakul karimah ora ono regane (kalau tidak berakhlakul karimah, tidak ada harganya),” dawuh KH. M. Anwar Manshur saat memberikan mauidlah hasanah.
“Ojo reno-reno. Ga usah dolanan arek wedok. Nek seneng ditari pisan nang wongtuwone. Pengen rabi ditembung pisan. Timbang plirak-plirik. (jangan macam-macam. Tidak usah pacaran. Kalau suka, bicara dengan orangtuanya. Ingin nikah dibicarakan saja. Daripada melirik kesana-kemari)” sambung beliau, diiringi tawa renyah para santri dan penjemputnya. Perlu diketahui, salah satu syarat untuk meminta guru bantu adalah menjemput mereka di Lirboyo. Walhasil, pagi itu banyak ustadz dan utusan dari masing-masing lembaga pendidikan hadir di gedung LBM.
“Berangkat dan niatlah berdakwah dan nasyrul ilmi. Dakwah paling ampuh adalah dakwah bil fi’li. Itu yang paling mancep di hati masyarakat. Tunjukkan kedisiplinan kalian. Jalan di depan kalian sudah tergelar sayap-sayap malaikat karena ridla atas langkah dakwah kalian,” pungkas beliau.
Semoga apa yang menjadi harapan santri, para penjemput, para pemangku lembaga pendidikan, lebih-lebih para masyayikh Ponpes Lirboyo, akan senantiasa terwujud dan bendera kalimatillah dapat berkibar di mana-mana. Amin.][