Sejarah Perang Tabuk; Perang Muslim dan Romawi

Perang Tabuk merupakan perang antara kaum Muslimin melawan bangsa Romawi. Sebagaimana diriwayatkan Ibnu Sa’d dan lainnya, penyebab Perang Tabuk adalah ketika sekelompok orang yang biasa berdagang dan melakukan perjalanan antara Syam (Suriah Raya) dan Madinah, menyampaikan sebuah berita bahwa bangsa Romawi telah mengumpulkan pasukan untuk memerangi umat Islam.

Pasukan itu terdiri dari puak Lakhm dan Jadzam beserta seluruh sekutu mereka dari kalangan Nasrani Arab yang berada di bawah kekuasaan Romawi. Bahkan, menurut berita itu, mata-mata Romawi telah sampai di daerah Balqa’ (sebuah wilayah di Jordania).

Setelah mendengar berita itu, Rasulullah Saw. berseru pada kaum Muslimin untuk bersiap-siap menyambut mereka. Imam Thabrani meriwayatkan sebuah hadis melalui perawi Ibnu Husain bahwa saat itu jumlah pasukan Romawi mencapai empat puluh ribu prajurit.

Semua itu terjadi pada Rajab 9 hijriah. Cuaca sedang kemarau, panas amat terik. Masyarakat sedang hidup dalam kesusahan. Namun, pada saat yang sama buah-buahan di Kota Madinah mulai matang. Saat itulah, Rasulullah Saw. mengumumkan tujuan pasukan Muslim

Tindakannya ini sama sekali di luar kebiasaannya dalam perang-perang lainnya. Ka’ab bin Malik berkata bahwa setiap kali akan berperang, Rasulullah pasti merahasiakannya dari orang lain sampai perang itu benar-benar terjadi.

Akan tetapi, kebiasaan itu tidak beliau lakukan pada Perang Tabuk ini. Rasulullah Saw. berperang saat cuaca sedang amat panas. Namun, beliau menyambut pasukannya yang banyak sekali itu. Beliau memberikan semangat kepada kaum Muslimin, sehingga mereka siap berperang.”

Demikianlah, perjalanan perang kali ini terasa begitu payah. Terasa benar bahwa saat itu kaum Muslimin sedang menghadapi ujian yang begitu berat. Seiring dengan itu, kemunafikan mulai terlihat jelas, sementara keimanan para sahabat juga kian terang.

Orang-orang Munafik Perang Tabuk

Saat itu, orang-orang munafik saling berbicara satu sama lain, “Tak usah lah kalian berangkat ke medan perang dalam keadaan panas seperti ini.”

Sementara itu, Jadd bin Qais berkata kepada Rasulullah Saw. “Wahai Rasulullah Saw. apakah engkau mengizinkan aku tinggal di Madinah saja dan tidak ikut berangkat berperang? Namun, aku harap engkau jangan timpakan fitnah kepadaku.

Demi Allah, aku mengajukan permohonan ini karena seluruh kaumku telah mengetahui bahwa aku mudah terpikat oleh wanita. Oleh karena itu, aku khawatir jika aku melihat perempuan Bani Ashfar, diriku tidak tahan.” Rasulullah Saw. memenuhi permohonan Jadd bin Qais.

Sementara itu, pasukan Abdullah bin Ubay bin Salul bersama beberapa begundal dan para sekutunya masih berkemah di pinggir Kota Madinah, dan ketika Rasulullah Saw. berangkat ke medan perang, tanpa rasa malu orang-orang munafik itu tetap tinggal di Madinah. Mereka tak ikut berperang.

Berkenaan dengan sikap kelompok munafik itu, turunlah ayat Al -Quran: “Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang), merasa gembira dengan duduk-duduk diam sepeninggal Rasulullah. Mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah dan mereka berkata,

“Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini.” Katakanlah (Muhammad), “Api Neraka Jahanam lebih panas,” jika mereka mengetahui. (QS Al-Taubah [9]: 81)

Allah Swt. juga berfirman, “Dan, di antara mereka ada orang yang berkata, ‘Berilah aku izin (tidak pergi berperang) dan janganlah engkau (Muhammad) menjadikan aku terjerumus ke dalam fitnah.’ Ketahuilah, bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sungguh, Jahanam meliputi orang-orang yang kafir. (QS Al-Taubah [9]: 49)

Golongan orang-orang beriman

Namun, golongan orang-orang beriman telah siap mendampingi Rasulullah Saw. untuk ikut berperang. Para sahabat Rasulullah Saw. yang kaya menyumbangkan harta mereka dalam bentuk kendaraan tunggangan.

Banyak pula di antara mereka yang datang membawa harta dan berbagai kebutuhan logistik perang untuk mereka serahkan kepada pasukan Islam. Utsman bin Affan r.a. menyumbangkan tiga ratus ekor unta lengkap dengan pelana dan peralatan lainnya, belum termasuk uang tunai sebanyak seribu dinar.

Ketika melihat langkah sahabatnya itu, Rasulullah Saw. bersabda, “Setelah hari ini, apa yang Utsman lakukan tidak akan membuatnya menjadi melarat.”

Sekelompok kaum Muslimin yang biasa disebut “al-Bakkâûn” (orang-orang yang banyak menangis), meminta binatang kendaraan yang dapat mereka gunakan di medan perang. Rasulullah Saw. menjawab,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.