Islam memiliki perhatian serius terhadap aktivitas sosial dan ekonomi melalui legislasi konsep-konsep interaksi sosial (Fiqih Muamalah) dalam khazanah fiqih. Hal ini ditujukan dalam rangka memberikan penjagaan dan perlindungan terhadap asas-asas primer kehidupan tersebut, agar memungkinkan terciptanya kemaslahatan.
Dalam realisasinya, berbagai macam bentuk transaksi perekonomian termuat di dalamnya, salah satunya adalah transaksi jual beli dengan sistem kredit atau cicilan. Yang mana praktek tersebut merupakan transaksi perniagaan yang marak dilakukan masyarakat Islam, dari dulu hingga sekarang.
Berkaitan dengan hal tersebut, Imam An-Nawawi pernah menjelaskan dalam salah satu kitabnya yang berjudul Raudlah At-Thalibin:
أَمَّا لَوْ قَالَ بِعْتُكَ بِأَلْفٍ نَقْداً وَبِأَلْفَيْنِ نَسِيْئَةً… فَيَصِحُّ الْعَقْدُ
“Ketika penjual berkata kepada seorang pembeli: Aku jualpadamu, bila kontan dengan 1.000 dirham, dan bila tempo sebesar 2.000 dirham, maka akad seperti ini adalah sah.”[1]
Ungkapan imam An-Nawawi tersebut menjadi angin segar atas terbukanya legalitas sistem jual beli kredit yang memberikan kelonggaran kepada pelaku transaksi untuk membayar di waktu yang akan datang (tempo). Sehingga maklum saja, dalam berbagai literatur fikih kontemporer, jual beli kredit atau cicilan kembali dibahas dan dikenal dengan istilah Bai’ Taqsith (jual beli kredit). Salah satunya sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qadli Muhammad Taqi Al-Utsmani:
اَلْبَيْعُ بِالتَّقْسِيْطِ بَيْعٌ بِثَمَنٍ مُؤَجَّلٍ يُدْفَعُ إِلَى الْبَائِعِ فِي أَقْسَاطٍ مُتَّفَقٍ عَلَيْهَا، فَيَدْفَعُ الْبَائِعُ الْبِضَاعَةَ الْمَبِيْعَةَ إِلَى الْمُشْتَرِيْ حَالَةً، وَيَدْفَعُ الْمُشْتَرِي الثَّمَنَ فِي أَقْسَاطٍ مُؤَجَّلَةٍ، وَإِنَّ اسْمَ الْبَيْعِ بِالتَّقْسِيْطِ يَشْمِلُ كُلَّ بَيْعٍ بِهَذِهِ الصِّفَةِ سَوَاءٌ كَانَ الثَّمَنُ الْمُتَّفَقُ عَلَيْهِ مُسَاوِيًا لِسُعْرِ السُّوْقِ، أَوْ أَكْثَرَ مِنْهُ، أَوْ أَقَلَّ، وَلَكِنَّ الْمَعْمُوْلَ بِهِ فِي الْغَالِبِ أَنَّ الثَّمَنِ فيِ ” الْبَيْعِ بِالتَّقْسِيْطِ ” يَكُوْنُ أَكْثَرَ مِنْ سُعْرِ تِلْكَ الْبِضَاعَةِ فِي السُّوْقِ