Peringatan tahun baru islam menjadi momentum seluruh umat islam sebagai bentuk mensyukuri nikmat. Perayaan tahun baru islam, bisa diartikan sebagai manifestasi rasa syukur seorang hamba kepada sang pencipta. Rasa syukur tersebut tidak akan tampak tanpa adanya deretan acara-acara keagamaan. Seperti istighotsah, tahlil, dan membacakan doa.
Termasuk ajaran Rasulullah untuk umat islam adalah beribadah sebagai rasa syukur. Sesuai dengan ayat al-Qur’an :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim :07)
Juga ada sebuah hadis dari Sayyidah Aisyah. Suatu ketika Aisyah Ra. bercerita, ia melihat Nabi SAW. menjalankan qiyamullail dengan khusyu’. Ketika ia terbangun, Nabi masih shalat. Lalu ia tidur dan terbangun lagi, ternyata Nabi SAW masih shalat hingga bengkak kakinya.
Begitu selesai, Aisyah bertanya : “Untuk apa engkau melakukan ini ya, Rasulullah? Padahal telah diampuni dosa-dosamu yang lampau dan yang akan datang?” Nabi SAW menjawab: “Tak sepatutnyakah aku menjadi hamba yang pandai bersyukur?”. (HR. Muttafaq ’alaih).
Dengan demikian, perayaan tahun baru bagi umat muslim, adalah perayaan yang dihiasi dengan peribadatan. Hal ini sebagai bukti pula bahwa umat muslim adalah umat yang sangat menghargai rasa syukur, dengan tidak menghambur-hamburkan uang, atau berfoya-foya saat tahun baru tiba. Bersyukur pada Allah, ada pada kehidupan orang yang selalu taat pada-Nya.
Sebagian tanda orang yang bersyukur itu, ketika seseorang menganggap hal-hal yang kecil sebagai hal yang besar. Bahkan, ketika seseorang mendapatkan sesuatu yang besar, kemudian ia merasa bahwa rasa syukurnya belum cukup dikatakan bersyukur, disitulah ia menjadi orang yang bersyukur. Dengan demikian, merasa belum bersyukur juga bagian dari rasa syukur.
Memahami Nikmat
Rasa nikmat yang perlu disyukuri itu adakalanya langsung dari Allah SWT, yakni bentuk iman dan islam kita kepada-Nya. Sayyidina Ali Ra. mengatakan bahwa “Nikmat paling utama adalah nikmat iman dan islam.” Ada pula kenikmatan yang diberikan oleh Allah lewat perantara. Seperti contoh, diberikan orang tua yang baik, diberikan teman yang baik, juga lingkungan yang baik.
Rasa syukur bisa diibaratkan dengan seseorang pekerja. Seseorang bekerja karena mencari gaji atau takut dipecat adalah bentuk pekerja pada umumnya. Mereka hanya menjalankan seseuatu yang disukai oleh atasannya. Namun seorang pekerja yang mensyukuri pekerjaanya, akan melakukan pekerjaan itu dengan rasa suka cita, ia akan menjalankannya dengan sungguh-sungguh. Ia tidak lagi menghitung gaji, atau materi yang ia dapatkan.
Dengan demikian, kunci menjalani hidup bahagia hanya dengan rasa syukur. Konsep syukur memanglah mudah, namun sangat sulit dijalankan. Karena puncak ibadah paling tinggi adalah karena ia menjalankannya dengan rasa syukur.
Baca Juga : Pro dan Kontra Citayam Fashion Week, Bagaimana Pandangan Islam?