LirboyoNet, Kediri – Syaeful Badrul Alaina, seorang santri, bersepeda pancal menempuh jarak hingga 300 kilometer dari Jogjakarta menuju Kediri. Pemuda berusia 23 tahun itu melakukannya untuk menghadiri haul KH Imam Yahya Mahrus pengasuh HM Al-Mahrusiyah Lirboyo, Sabtu (5/12/2015). Di pondok itu dia pernah menuntut ilmu.
Syaeful menempuh perjalanan ratusan kilometer itu selama dua hari. Dia berangkat dari Sleman sejak Kamis (3/12/2015) sore dan tiba di Kediri pada Jum’at (4/12/2015) sore. Tunggangannya sepeda onthel Federal jenis street cat. Sepeda yang cukup tua untuk masa kekinian.
Menempuh trayek Jogja-Kediri dengan bersepeda bukanlah suatu perjalanan yang mudah. Selain kondisi jalan maupun medan yang banyak tanjakan dan turunan, juga musim sedang memasuki pancaroba ini.
“Misalnya saat melintas di wilayah Caruban yang banyak hutannya itu, dan pas hujan. Tidak ada tempat untuk berteduh,” ujar Syaeful saat ditemui di kantor majalah Misykat kawasan Lirboyo, Minggu (6/12/2015).
Belum lagi dia harus bersaing dengan kendaraan besar yang kadang tidak menghiraukan keberadaannya. Pernah suatu kali dia harus turun dari aspal karena sebuah truk tronton melaju kencang dari arah belakang.
Namun segala kesulitan yang dia hadapi selama perjalanan, menjadi sirna berganti suka cita sesampainya di lokasi tujuan. Dia tiba di pesantren yang membesarkannya tepat sebelum acara haul itu dimulai. Sehingga dia dapat berpartisipasi pada seluruh rangkaian acara yang digelar pondok.
Momentum itu menghidupkan kenangan-kenangannya semasa menempuh ilmu. Melepas rindu dan bertukar pikiran kepada sesama alumni yang hadir, yang sudah bertahun-tahun tidak saling sua. Serta tentu mencari berkah dengan sowan kepada para pengasuh pesantren.
“Saya puas lahir batin,” ungkap Syaeful.
Syaeful mengaku bersusah payah dan nekat melakukannya sebagai bagian dari rasa takzimnya kepada kiai panutannya itu. Sosok kiai yang telah membekalinya ilmu untuk mengarungi kehidupan dunia sebagai bekal akherat nanti.
Santri kelahiran Indramayu itu mondok di sana rentang waktu tahun 2006 hingga 2009. ‘Nyantri sekaligus bersekolah aliyah pada pondok yang kini diasuh oleh KH Reza Ahmad Zahid putra almarhum KH Imam Yahya Mahrus itu.
Kelar mondok, dia kini mengabdi sebagai guru di Madrasah Ibtidaiyah AL-Amin di Sleman. Rasa hormatnya kepada sang kiai itulah yang membuat ikatan batin dengan pondoknya itu tetap terpelihara.
KH Reza Ahmad Zahid mengungkapkan, apa yang dilakukan oleh santri itu adalah potret dari hubungan harmonis yang terbangun secara baik antara murid dan gurunya. “Keterikatan yang mendalam antara santri dan kiai,” ujar kiai yang akrab dengan sapaan Gus Reza ini. (*)
Pewarta : M Agus Fauzul Hakim | Editor : Hari Istiawan | Sumber