Wudlu Batin Hatim al-Ashom

Diceritakan bahwa suatu ketika ‘Ishom bin Yusuf hendak menghadiri suatu majlis yang diasuh oleh Hatim al-Ashom. Kedatangan ‘Ishom bin Yusuf dalam majlis tersebut tak lain hanya bertujuan ingin membantah dan beradu argumen dengan Hatim al-Ashom dalam majlisnya.

Wahai Aba Abdir Rahman, bagaimanakah engkau melalukukan salat?” pancing ‘Ishom bin Yusuf memulai pembicaraan.

Mendengar pertanyaan itu, Hatim al-Ashom menolehkan wajahnya ke arah ‘Ishom bin Yusuf sambil berkata, “Ketika datang waktu salat, aku berdiri untuk melaksanakan wudlu dhohir dan wudlu batin”.

Bagaimana wudlu batin itu?” ‘Ishom bin Yusuf mulai penasaran.

Wudlu dhohir yang kulakukan adalah dengan membasuh anggota wudlu menggunakan air. Adapun wudlu batin yang aku lakukan adalah dengan membasuh menggunakan tujuh perkara, yakni taubat, penyesalan, meninggalkan cinta dunia, tidak memuji makhluk dan jabatan, meninggalkan sifat dengki dan hasud.”

Hatim menjelaskan dengan lebih rinci. “Kemudian aku berjalan menuju masjid, aku menggerakkan anggota tubuhku. Kemudian aku melihat Ka’bah dan aku berdiri di antara kebutuhan dan kewaspadaanku. Allah melihatku, surga berada di sisi kananku, neraka berada di sisi kiriku, dan malaikat pencabut nyawa berada di belakang punggungku. Seakan-akan aku menapakkan telapak kakiku di jembatan Shirat al-Mustaqim dan aku menduga ini adalah salat terakhir dari sekian banyak salat yang telah aku lakukan.

Setelahnya, ia menjelaskan bagaimana ia melaksanakan shalatnya. “Kemudian aku membaca niat dan mengucapkan takbiratul ihram dengan sebaik mungkin, aku membaca bacaan dalam salat dengan merenungi artinya, aku ruku’ dengan penuh rasa rendah hati, aku sujud dengan penuh doa, aku melakukan duduk tasyahud dengan penuh harapan, serta aku mengucapkan salam dengan penuh keikhlasan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.