Pendidikan

Metode Pendidikan Pondok Pesantren Lirboyo

Berikut ini adalah tiga pokok pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Lirboyo. Ketiga pokok tersebut di antaranya:

  • Ta’lim – pemberian bekal serta pengajaran dan pengarahan pengetahuan ilmu-ilmu syariat, baik berupa ilmu alat (bahasa) guna membaca teks/nash dan juga pengajaran ilmu fikih, tafsir wa ulumuh, hadits wa ulumuh, dan lain lain;
  • Tarbiyah – berupa pembinaan dan pengarahan bagi pembentukan kepribadian dan sikap mental;
  • Ta’dib – pembinaan intuisi, berupa moral dan estetika guna meningkatkan martabat kemanusiaan. Pesantren mendidik santri menjadi manusia yang saleh keagamaan juga saleh sosial.

Tentang Madrasah Hidayatul Mubtadiin

 

“Santri kang durung biso moco lan nulis kudu sekolah, ”
(Santri yang belum bisa membaca dan menulis harus sekolah)
KH. Abdul Karim

Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien berdiri pada tahun 1925 M. Berkembang menjadi Pusat Pendidikan Islam yang lebih khusus dalam memberi pembekalan materi keagamaan Islam

INTERPRESTASI SIMBOL MADRASAH HIDAYATUL MUBTADI-IEN

SEGI LIMA :

Berarti bahwa lembaga ini berasaskan Pancasila dan beraqidah Islam Ahlusunnah Wal Jama’ah.

TULISAN MHM DI ATAS BOLA DUNIA :

Berarti bahwa lembaga ini bernama Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien yang disingkat MHM yang bercita-cita tinggi.

BOLA DUNIA :

Berarti bahwa anggota MHM bersedia untuk menyebarluaskan Islam ke seluruh dunia.

MASJID :

Berarti bahwa anggota MHM satu dalam tujuan; Li I’laa-i Kalimatillah.

MENARA TIGA TINGKAT :

Berarti bahwa lembaga ini memiliki tiga tingkat pendidikan, yaitu Ibtidaiyyah, Tsanawiyyah dan Aliyyah.

EMPAT BUAH KITAB TERBUKA SATU :

Berarti anggota MHM mengakui madzhab empat dan satu yang dianutnya, yaitu madzhab Syafi’i.

SEBUAH PENA :

Berarti bahwa anggota MHM adalah pelajar yang bersemangat dan kreatif.

GARIS LURUS MELINTANG :

Berarti bahwa MHM berjalan pada jalan lurus, tidak menyimpang dari agama.

TULISAN LIRBOYO KEDIRI :

Berarti bahwa MHM berkedudukan di Pondok Pesantren Lirboyo  Kediri.

TIGA BUAH GARIS TEGAK LURUS :

Berarti bahwa anggota MHM senantiasa membina Iman, Islam dan Ihsan.

Kalender Madrasah Hidayatul Mubtadiin

Kalender pendidikan Madrasah Hidayatul Mubtadiin (MHM) Pondok Pesantren Lirboyo, berlangsung penuh sepanjang tahun di setiap tahunnya, dengan tahun ajaran pendidikan menggunakan penanggalan Hijriah. Terbagi menjadi dua kategori; Wajib Belajar dan Pengajian Kitab. Dalam hal ini Pesantren Lirboyo menerapkan dua sistem pendidikan yang berjalan berdampingan dan padu;

  • Classical (madrasah/ sekolah) diterapkan sebagai pembelajaran wajib yang disesuai dengan kemampuan masing-masing santri dalam menyerap dan memahami keilmuan yang akan diberikan.

Bersifat wajib bagi santri-santri dengan mata pelajaran yang telah dibakukan sebagai tingkatan-tingakatan pembelajaran. Di mulai pada pertengahan bulan Syawal sampai pada akhir bulan Rajab di setiap tahunnya. Dengan masa libur 2 kali dalam 1 tahun yakni 10 hari pada bulan Maulid dan 30 hari di bulan Ramadlan.

  • Tradisional (salafi) berupa pengajian bandongan, sorogan, diskusi/ musyawarah pendalaman masalah teks keagamaan dan bahtsul masail dalam kupas problema keagamanan terkini.

Pengajian Kitab sangat dianjurkan sebagai bekal tambahan keilmuan santri. Berlangsung sepanjang tahun di setiap tahunnya dan pada bulan Ramadlan Pesantren Lirboyo selalu mengadakan Pengajian Kilatan.

Jenjang Pendidikan Madrasah di Pesantren Lirboyo terbagi menjadi;

  • 6 Tahun: Madrasah Ibtida’iyah (MI)
  • 3 Tahun: Tingkat Tsanawiyah (Mts)
  • 3 Tahun: Tingkat Aliyah (MA)
  • 1 Tahun: I’dadiyyah (SP)

(Madrasah I’dadiyah dikhususkan bagi santri yang mendaftar tidak dari awal tahun/bulan Syawal. I’dadiyah hanya sebagai madrasah persiapan yang nanti di tahun depannya akan beralih jenjang pendidikan yang lain,  bisa Ibtida’yah, Tsanawiyah maupun Aliyah, tergantung kemampuan santri itu.)

Selain jadwal di madrasah, santri mengikuti pendidikan tradisional/ salafi baik dengan metode pengajian sorogan maupun bandongan. Mengenai jadwal selain di madrasah, dipilahkan waktu yang tidak bersinggungan dengan pembelajaran di madrasah.

Aktifitas lainnya, demi pematangan materi yang diberikan di madrasah, santri-santri dibina untuk diskusi/ musyawarah pendalaman masalah teks keagamaan dan santri-santri dipandu serta diarahkan juga untuk mengkupas problema keagamanan terkini dalam forum rutinan bahtsul masail.

Berikut adalah jadwal pemberian materi pelajaran di Madrasah:

  • Madrasah Ibtidaiyah (MI)
    Hisshoh Ulaa (Jam Pertama) Pukul 07.00 – 09. 00
    Istirahat
    Hisshoh Tsaniyah (Jam Kedua) Pukul 09.30 – 11. 00
  • Madrasah Tsanawiyah (MTS)
    Hisshoh Ulaa (Jam Pertama) Pukul 19.00 – 21. 00
    Istirahat
    Hisshoh Tsaniyah (Jam Kedua) Pukul 21.30 – 23. 00
  • Madrasah Aliyah (MA)
    Hisshoh Ulaa (Jam Pertama) Pukul 19.00 – 21. 00
    Istirahat
    Hisshoh Tsaniyah (Jam Kedua) Pukul 21.30 – 23. 00
  • Madrasah I’dadiyah (SP)
    Hisshoh Ulaa (Jam Pertama) Pukul 07.00 – 09. 00
    Istirahat
    Hisshoh Tsaniyah (Jam Kedua) Pukul 09.30 – 11. 00
  • Waktu Musyawarah/ Diskusi
    Madrasah Ibtidaiyah (MI) Pukul 14.00 – 16.00
    Madrasah Tsanawiyah (MTS) Pukul 11.00 – 13.00
    Madrasah Aliyah (MA) Pukul 11.00 – 13.00
    Madrasah I’dadiyah (SP) Pukul 14.00 – 16.00

Untuk Tingkat Ibtidaiyah dan I’dadiyah, pukul 19.00 – 21.00 harus mengikuti jam wajib belajar bersama, mendiskusikan materi pelajaran pertemuan sebelumnya yang mana materi itu besok paginya akan kembali diajarkan.

Pengajian Kitab

Secara umum pengajian kitab di Pondok Pesantren Lirboyo menerapkan dua sistem;

A. Sorogan

Metode pembelajaran siswa/ santri aktif di hadapan seorang guru, dengan cara peserta didik/ santri membacakan materi ajar untuk mendapatkan koreksi dan tashih.

Istilah sorogan digunakan untuk sorogan Alquran dan sorogan kitab kuning.

Di hadapan seorang guru (biasa disebut Penyorog), seorang peserta didik (santri) membaca kitab kuning beserta maknanya –biasanya menggunakan bahasa Jawa– dengan metode pemaknaan ala “utawi iki iku”. Sedangkan Penyorog menyimak bacaan, mengingatkan kesalahan dan sesekali meluruskan cara bacaan yang benar.

Dengan metode pemaknaan “utawi iki iku” semacam ini, terangkum empat sisi pelatihan

  1. Kebenaran harakat, baik harakat mufradat (satu per satu kata) dan harakat terkait i’rab
  2. Kebenaran tarkib (posisi kata dalam kalimat, mirip dengan S-P-O-K {Subyek – Predikat – Obyek – Keterangan} dalam struktur bahasa Indonesia)
  3. Kebenaran makna mufradat (kosakata)
  4. Kebenaran pemahaman dalam masing-masing disiplin ilmu.

B. Bandongan

Metode pembelajaran guru aktif dengan cara guru membacakan materi ajar untuk kemudian disimak dan dicatat oleh peserta didik/ santri.

Biasanya, dalam sistem bandongan, santri juga membawa kitab kuning untuk kemudian ditulis makna per kata sebagaimana dibacakan oleh guru/ kiai.

Dalam pengajian Alquran, sistem bandongan ini sama halnya dengan semaan Alquran.