KH Abdulloh Kafabihi: Santri Lirboyo Harus Bertanggung Jawab terhadap Keluarga dan Masyarakatnya

Hikmah Halal Bihalal adalah merajut silaturahim. Silaturahim bila dilakukan, buahnya adalah umurnya dipanjangkan oleh Allah. Umurnya diberi barakah oleh Allah. Tanda-tanda umurnya barakah adalah beramal saleh, hidupnya fi thaatillah. Mudah melakukan taat kepada Allah.

Barakahnya silaturahim rizkinya diberi barakah oleh Allah. Dimudahkan. Diluaskan. Adakalanya diberi qanaah. Sebab al-ghina, ghinan nafsi. Kaya sejati adalah kaya hati.

Kaya tidak dilihat dari jumlah harta. Karena harta akan menjadikan merasa kurang terus. Maisyatan dhankan, penghidupan yang sempit.

Rizki barakah adalah rizki yang mudah dibuat taat kepada Allah. Dibuat shadaqah. Amal jariyah. Untuk gerakan organisasi. Untuk gerakan Himasal.

Mari koin Himasal disemangatkan kembali. Daripada dipakai untuk membeli rokok, lebih baik digunakan sebagai amal jariyah. Berapa jumlah uang yang kita bakar untuk rokok.

Pondok cabang Lirboyo biasanya dibangun oleh daerah masing-masing (tempat pondok cabang berada). Kemarin saya dari Tegal, ada pengusaha yang menjanjikan membangun masjid. Menjanjikan dana 2.5M untuk pembangunan pondok. Di Majalengka sekitar 5M. Sebagian bangunan pondok juga ada yang membangunkan.

Supaya para alumni ini menguatkan madrasah dan pondok masing-masing. Sudah masanya alumni Lirboyo meningkatkan madrasahnya masing-masing.

Syukur-syukur mengajarkan Jauharul Maknun, Alfiyah, dan lain-lain. Kalau kita perhatian dengan pendidikan yang demikian, maka indonesia ke depan mudah mudahan menjadi baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.

Santri di rumah itu yang penting mulangnya. Mengajarnya.

وأمّا مَنْ عَمِلَ وعَلَّمَ، فهذا يُدعَى عظيمًا في ملكوتِ السَّماواتِ

“Barangsiapa yang mempunyai ilmu, diajarkan, maka ia mendapatkan predikat mulia di kerajaan langit.”

Yang penting mengajarnya. Bukan pesantrennya. Bukan madrasahnya.

K.H. Abdul Karim itu yang penting mulang. Mengajar. Bukan mendirikan pesantrennya. Sehingga santri yang datang, itu membangun pondok sendiri, kamar sendiri.

Apapun yang kalian rintis, kalian geluti, ini supaya diseriusi dengan baik.

Pendapat saya silakan latar belakang pondok dan madrasah masing-masing. Kurikulum masing-masing. Pondok salaf di kota kota besar, memang sulit. Harus ada sekolah umumnya. Silakan kurikulum kalian tata masing-masing. Tetapi anak-anak kalian supaya pondokkan di pondok salaf.

Logikanya, siapa yang mampu membaca kitab, jika bukan santri salaf? Siapa yang mampu mengajarkan Fathul Qarib jika bukan santri salaf? Yang mengerti akhlaqul karimah, mengerti qanaah, tawadu, ini mayoritas alumni pondok salaf. Yang mengerti istikamah, tidak hubbuddunya.

Seperti Lirboyo.

Walaupun K.H. Abdul Karim, K.H. Marzuqi Dahlan, K.H. Mahrus Aly, hanya ngaji saja, tetapi di Lirboyo ada rumah sakit, perguruan tinggi.

Apapun corak pendidikan yayasan kalian, anak kalian supaya pondokkan di pondok salaf. Walaupun tidak ada titelnya.

Malah kiai kalau ada gelar prof doktornya malah kurang pantas, ya? Coba kita ziarah kubur, minta air doa, ke yang punya gelar profesor doktor, kan tidak?

Orang yang hafal Al-Qur’an, itu sudah lengkap. Al-Qur’an yasyfi, yughni. Menyembuhkan, menjadikan kaya.

Ada alumni yang hafal Al-Qur’an ditugaskan di satu daerah. Oleh kiainya, dia diberi fasilitas disuruh kuliah. Pendek saya, yang kuliah pun seharusnya disuruh ngaji kitab kuning, disuruh hafal Al-Qur’an. Jangan jadi kalah-kalahan terus.

Para alumni, apapun yang kalian urusi, supaya kaderisasi diperhatikan. Halal bihalal supaya kita saing memaafkan, taawun, toleransi, maka kami harapkan supaya Himasal Malang diupayakan.

Kita ini bukan hanya kumpul kumpul saja. Tapi di dalam majelis zikir, malaikat memanggil malaikat lainnya agar ikut di dalam majelis itu.

الناس على دين ملوكهم

Manusia baik buruknya tergantung dengan pemimpinnya.

فساد الناس بفساد الملوك وفساد الملوك بفساد العلماء

“Rusaknya manusia adalah sebab rusaknya pemimpin. Dan rusaknya pemimpin sebab rusaknya ulama.”

Kalian supaya meluruskan kepada masyarakat, mana yang baik, mana yang buruk. Ketika masyarakat salah, maka yang dipanggil adalah ulamanya. Msks kebaikan suporter Arema, brutal dan tidak, ini tanggung jawab Himasal Malang.

Juga supaya santri Lirboyo bertanggung jawab kepada keluarganya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قُوٓا۟ أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.”

Menghindarkan dari neraka ini harus dengan agama. Artinya, santri Lirboyo yang sudah berkeluarga, harus menjaga keluarganya dengan agamanya.

Santri Lirboyo harus bertanggung jawab tentang maisyah keluarganya. Kebutuhan hidup keluarganya. Dosa besar bilamana orang itu menyia-nyiakan keluarganya.

Orang yang mengajarkan ilmu itu, biasanya dimudahkan rizkinya oleh Allah.

Ibrahim bin Adham pernah dialog dengan seorang rahib minal yahud, pendeta Yahudi. Rahib ini mencil. Uzlah. Mengasingkan diri. Dia tidak mengurusi maisyah dan lain-lain.

“Bagiamana kehidupanmu, makananmu?” tanya Ibrahim bin Adham.

“Masyarakatlah yang datang membawanya. Sudah dicukupi semua oleh masyarakat,” kata sang rahib.

Maka Ibrahim bin Adham menyimpulkan, seorang rahib saja yang menghadap Allah, ini dicukupi. Apalagi seorang muslim yang menghadap Allah.

Jadi, santri yang mulang, mengajar, maka rizkinya dicukupi.

رزق العالم في أيد الناس

“Rizkinya orang alim itu ada di tangan masyarakat.”

Nabi musa juga demikian. “Ya Rabb, rizki kami itu bagaimana? Datang lewat masyarakat?”

“Ya, Musa, ini kulakukan kepada kekasih-Ku.”

Hanya ngaji saja, dengan istikamah, rizki datang sendiri. Namun bila belum maqamnya, ya sambil ikhtiar. Kerja sekadarnya saja. Rizki kita sikapi sambil qanaah. Zuhud. Syukur. Tawakal. Adapun ikhtiarnya, takwalah kepada Allah. Supaya diberi rahmat oleh Allah.

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ  وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَࣖ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.” (QS. Al-Hujurat: 10)

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًاۙ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

“Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS. At-Thalaq: 2-3)

Orang yang bertakwa akan diberi jalan keluar dari kesulitan.

Coba bayangkan. Dulu santri Lirboyo kalau keluar masih harus pinjam sepeda di HY itu. Sekarang kalau acara Himasal, parkir mobil tidak cukup.

Orang takwa itu bahagia di dunia dan akhirat. Dan surga diperuntukkan oleh Allah bagi orang yang takwa.

 وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ

“Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.”

Adapun takwa itu hubungannya dengan pesantren.

Orang pesantren itu lucu, ya. Santri di pondok itu kan biasa saja. Di ndalem menjadi khadim. Pelayan. Siapa yang mau menyucup tangannya? Ketika di rumah, menjadi kiai, tangannya dicucup oleh masyarakat.

Bekal yang remeh harus diperhatikan. Talqin mayit. Tajhizul mayit. Ini remeh, tapi sangat berarti di tengah masyarakat. Kaum sebelah belum tentu mau dan bisa mengurusi ini.

Jika mayit dibacakan surat Yasin, ada hikmahnya, diantar malaikat, dan lain-lain. Tetapi di masyarakat sering menolak, karena dianggap menyebabkan mati.

Padahal jika sembuh, agar cepat sembuh, jika mati, dimudahkan kematiannya.

Membaca Al-Qur’an itu litashfiyatil qulub. Melembutkan hati. Karena orang masuk surga pun dengan biqalbin salim. Dengan hati yang lembut.

وَعَاشِرُوْهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِۚ

“Pergaulilah mereka dengan cara yang patut.”

Ayat ini memang diperuntukkan untuk keluarga. Tapi juga berlaku dalam bergaul dengan masyarakat luas.

Silahkan terus berbuat baik. Karena perbuatan baik akan menghapus perbuatan buruk. Berakhlakul karimahlah kepada masyarakat. Karena Rasulullah misinya adalah menyempurnakan akhlak.

Orang itu bisa diterima itu dengan akhlaqul karimah. Karakter manusia itu mencintai kebaikan. Dan sengit, benci terhadap keburukan.

Orang di luar pesantren, akhlaknya baik, tapi tidak diteruskan dengan hubungan dengan Allah. Ini apalah artinya. Segala sesuatu jika tidak disandarkan karena Allah, itu merupakan kemaksiatan.

Baca juga: Peringatan Haul dan Kisah Tawadhu KH. Abdulloh Ma’sum Jauhari
Tonton juga: MEMPERINGATI 1000 HARI WAFATNYA KH. A. HABIBULLAH ZAINI

KH Abdulloh Kafabihi: Santri Lirboyo Harus Bertanggung Jawab terhadap Keluarga dan Masyarakatnya
KH Abdulloh Kafabihi: Santri Lirboyo Harus Bertanggung Jawab terhadap Keluarga dan Masyarakatnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.