Tersenyumlah
Oleh: Ahmad Arwani*
Banyak orang berpendapat bahwa tertawa dan tersenyum adalah sebab paling kuat untuk mendorong agar lebih efektif dan produktif. Beberapa pakar mengatakan bahwa tawa adalah gerakan dalam akal yang menghilangkan banyak ketegangan. Maka tidak aneh jika tawa itu (maksudnya tawa yang tidak berlebihan) adalah obat bagi jiwa, dan ketenangan bagi hati yang sedang lelah. Dan senyum dan tawa itu bisa didefinisikan ke dalam salah satu seni kehidupan yang tidak banyak orang ingin mempelajarinya meskipun itu mudah.
Ketahuilah jika saya ingin banyak membeberkan manfaat dari tawa itu sendiri, niscaya saya akan memerlukan waktu dan lembaran kertas yang sangat luas, sedangkan media ini hanya terbatas pada beberapa paragraf saja.
Ada yang berkata bahwa penelitian dan riset-riset ilmiah mengemukakan bahwa mayoritas penyakit stres dan kebosanan, atau merasa sempit pikirannya seperti ungkapan teman-teman yang merasa sudah mentok; “Wah aku arep mulih wae, aku arep mergawe wae, wis ra kerasan aku neng kene. Akeh tututan harus ngene lah, ngonolah, wis mbuh.” Kondisi itu biasanya timbul tatkala seseorang terlalu dalam tenggelam saat menjalani segala aktivitasnya secara terus menerus, sehingga membuat seseorang menjadi selalu tegang. Ia akan cepat merasa bosan dan mengakibatkan cepat tersinggung, hilang sikap ramah dan menjelma menjadi pemarah.
Resep yang diberikan oleh semua orang bagi kondisi semacam itu adalah agar ia sering tertawa. Karena tertawa akan membuat manusia mampu meneruskan atau melakukan aktifitasnya dengan semangat yang tinggi, dinamis dan penuh semangat berkobar.
Sementara seseorang yang sering menebar senyum akan mudah berpikiran lebih jernih dibandingkan hal-hal yang lain. Karena ia lebih mampu menaklukan hati orang lain. Seperti penggalan kata mutiara di bawah ini;
“Tersenyumlah meski kondisimu sedang tidak mengenakan dan tertawakanlah dirimu sendiri”.
Oleh karena itu, jika seseorang setiap harinya ditekan dan dituntut, anggaplah itu sebuah proses untuk menjadikannya sebagai pribadi yang tangguh, sebab kata Jokpin; dalam puisinya Kamus Kecil: “Bahwa untuk menjadi gagah kau harus menjadi gigih.” Selaras dengan dawuh “Seseorang yang semakin ditekan, maka seseorang tersebut akan dapat menciptakan ledakan yang besar.” Nah oleh karenanya, jika seseorang sedang dalam fase kondisi kejiwaannya yang tinggi, niscaya ia akan mampu berfikir lebih tajam dan kreatif.
Di sini saya ingin mengajak pembaca yang budiman untuk melakukan latihan olah raga yang paling baik bagi tempat yang paling mulia di tubuh Anda. Latihan itu adalah tertawa, sebab ketika seseorang tertawa, Anda berarti menggerakan tiga belas otot di wajah Anda yang mungkin akan menjadikan kulit wajah kalian awet muda. Sebab ada sebuah penelitian menemukan bahwa orang-orang yang sering tertawa dan tersenyum itu adalah orang-orang yang paling sedikit mengalami kriputan di wajah dengan bertambahnya usia.
Orang-orang Arab itu senang memuji orang-orang yang senang tertawa, dan menjadikan hal itu sebagai salah satu prilakunya yang baik, kemulian perangainya, kedermawanan tabiatnya, dan kelembutan hatinya.
Kemudian saya akan mengajak pembaca yang budiman untuk bersikap sederhana dalam tertawa dan tidak berlebihan, sehingga tidak perlu cemberut dengan bentuk yang menakutkan, juga tidak selalu tertawa terus-menerus dengan berlagak tanpa sebab. Namun, sebaiknya hal itu dilakukan dengan tetap menjaga keseriusan, kewibawaan, dan keyakinan.
Dan, tidak membuat jiwa dan wajah cemberut yang melebihi keputusasaan. Maka jika kalian ingin tersenyum, perangilah keputusasaan itu. Kesempatan masih ada dan pintu keberhasilan itu terbuka bagi kita untuk membuka harapan dan berfikir lebih baik lagi akan datangnya kebaikan di masa yang akan datang.
Saya teringat bahwa Rasullullah adalah orang yang paling banyak tersenyum dan tertawa di hadapan para sahabat beliau. Bahkan, beliau menjadikan senyum sebagai ibadah, sebagaimana sabdanya:
“Senyummu di depan saudaramu adalah sedekah.” (HR. Tirmidzi)
Orang yang menelusuri kehidupan Nabi Saw, akan mendapati bahwa beliau terkadang bercanda dan berhumor. Hal itu tidak aneh mengingat beliau adalah seseorang yang menjadi rahmat yang dianugerahkan Allah untuk manusia. Sebagaimana firman-Nya;
“Sekiranya kamu bersikap keras-keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 157).
Beliau (Rasullulah) tersenyum seperti embun yang tampak bersinar di wajah yang lebih cemerlang dari matahari, kening yang lebih bercahaya dibandingkan bulan purnama, mulut yang lebih suci dari wewangian, akhlak yang lebih lembut dari bunga, dan cinta yang lebih halus dari angin sumilir, sehingga humor beliau bagi ruh sahabat terasa lebih lembut dari butir-butir di hati.[]
*Penulis adalah siswa kelas III Tsn, asal Bojonegoro, Jawat Timur.
Bermukim di kamar N. 08.
Baca juga:
SENYUM SANTRI DAN PENDETA
ikuti juga:
Takbiran Mob Lirboyomedia
Senyum adalah Ibadah
Senyum adalah Ibadah