Banjir di Mana-mana, Berkah atau Musibah

Banjir Berkah Atau Musibah

Musim penghujan telah tiba curahan rahmat kasih Allah ikut mengalir mengiringi tiap tetes air hujan yang jatuh dari langit. Salah satu anugerah terindah bagi kehidupan alam semesta yakni air. Terciptanya air merupakan manifestasi dari kasih sayang Allah kepada makhluknya, bagaimana tidak adanya air merupakan sumber dari kehidupan di dunia. Tersurat jelas dalam ayat Al-Qur’an:


وَجَعَلۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ كُلَّ شَيۡءٍ حَيٍّۚ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ }


Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman? [Surat Al-Anbiya’: 30]


Kemudian dari air inilah rahmat Allah menyebar ke seluruh penjuru dunia, menyuburkan tanah yang tandus serta tanaman yang ada diatasnya hingga mampu memberikan hasil yang melimpah ruah bagi para petani. Serta menghidupkan ekosistem kehidupan yang ada. Berkah inilah yang coba dijelaskan oleh ayat


وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُبَارَكًا فَأَنْبَتْنَا بِهِ جَنَّاتٍ وَحَبَّ الْحَصِيدِ


Kami turunkan dari langit air yang berkah (banyak manfaatnya) lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam. (QS. Qaf: 9)


Allah juga menyebut hujan sebagai rahmat,


وَهُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ الْغَيْثَ مِن بَعْدِ مَا قَنَطُوا وَيَنشُرُ رَحْمَتَهُ وَهُوَ الْوَلِيُّ الْحَمِيدُ


Dialah Yang menurunkan hujan sesudah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pelindung lagi Maha Terpuji (QS. as-Syura: 28)


Namun ironisnya saat dimana musim penghujan tiba seringkali kita melihat berbagai daerah justru mengalami bencana alam banjir. Lantas dimanakah sisi rahmat Allah SWT yang diturunkan melalui air hujan bila malah menimbulkan bencana?


Dari sini harus kita pahami bersama bahwa bencana alam yang dialami oleh seseorang mampu diartikan dengan bermacam interpretasi. Apakah itu bala’/musibah atau itu merupakan iqob’ bahkan bisa pula diartikan sebagai adzab.


Bala’ sebenarnya merupakan sebuah ujian, sedang musibah merupakan sesuatu kondisi tertentu yang menimpa seseorang meskipun kemudian sering kali dikonotasikan pada hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam ajaran Islam sendiri sebenarnya musibah atau ujian yang diberikan Allah kepada makhluknya tidaklah melulu berkutat pada hal-hal yang tidak diinginkan, melainkan justru ujian bisa datang dari hal-hal yang terkesan menyenangkan.


Sehingga bisa saja seseorang diuji dengan kehidupan yang serba susah dengan tanpa memiliki ekonomi yang mencukupi. Di sisi lain ada pula seseorang yang mendapatkan ujian dengan kehidupan yang serba berkecukupan bahkan semua yamg ia inginkan mampu dengan segera ia lakukan. Meski terkesan bertolak belakang namun esensinya keduanya merupakan seseorang yang tengah diuji, bagaimana hasilnya tergantung bagaimana ia mampu menghadapi dan menyikapi ujian itu.


Tuntunan yang diajarkan oleh Rasulullah dalam menghadapi ujian ialah sebagaimana kutipan ayat


وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ


Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”


Dalam ayat ini, sabar menjadi perisai dan senjata orang-orang beriman dalam menghadapi beban dan tantangan hidup. Perasaan takut, kelaparan, kekurangan bekal, harta, jiwa dan buah-buahan adalah ujian yang bakal kita hadapi dalam kehidupan ini.


Tidak ada yang melindungi kita dari ujian-ujian berat itu selain jiwa kesabaran yang telah dikaruniakan Allah kepada kita.


Lalu siapakan orang yang bersabar itu? Diterangkan dalam ayat selanjutnya, dalam Surat Al-Baqarah Ayat 156:

   الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.