Tawakal pada Ijazah

https://unsplash.com/s/photos/graduation

Tawakal pada Ijazah | Secara historis mungkin kita pernah mendengar bagaimana segala cara diupayakan oleh pihak penjajah Nusantara ini untuk melemahkan perlawanan pribumi agar kaki mereka tetap bisa berpijak dengan kokoh. Termasuk di antaranya dengan menjadikan ijazah sebagai salah satu persyaratan agar bisa diterima sebagai pekerja pada sebuah instansi atau perusahaan yang dibawah kekuasaan kolonial waktu itu. Jelas ijazah yang dimaksud adalah ijazah yang dikeluarkan dari sekolah yang mereka dirikan, karena pada waktu itu model pendidikan masyarakat pribumi hanya akrab dengan sistem madrasah sebagaimana di pesantren-pesantren sampai sekarang.

Dengan menjadikan ijazah sebagai salah satu syarat untuk bisa masuk ke dua instansi tersebut mereka ingin memecah kepercayaan pribumi terhadap pesantren atau madrasah, karena keduanya adalah ancaman, dari sana terlahir banyak veteran tak kenal lelah yang menjadi penghalang. Langkah politik ini terbilang sukses dan bahkan masih berjalan hingga sekarang. Sebagaimana waktu itu, bisa masuk dan menjadi pegawai pemerintahan akan mengangkat strata sosial mereka.

Singkatnya, -setidaknya menurut pribadi penulis-cara berpikir orang sekarang mampu digiring dengan baik oleh penjajah dengan cara seperti di atas. Bagaimana ketika pandangan umum orang tua atau bahkan anak yang berusaha sekolah setinggi-tingginya dan mendapatkan ijazah agar nanti bisa menjadi perantara untuk kesejahteraan dan hidup lebih baik pada keluarganya. Wes, katakanlah sekolah-ijazah-bekerja-kaya.

Banyak yang mulai lupa bahwa ruh dan semangat pendidikan adalah menghilangkan kebodohan. Bukan alat penghasil uang bermodal selembar kertas bernama ijazah. Ah, terlalu panjang untuk diulas mendetail. Banyak simpul yang perlu diurai. Tapi masih ada kaitannya kok. Pembahasan kali ini ingin menampilkan kekhawatiran alm. KH. Ahmad Idris Marzuqi terkait penyetaraan pendidikan di Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien yang telah mendapat penyetaraan dengan pendidikan formal dari pemerintah. Dan lebih jauh setelah kepergian beliau, pemerintahan sekarang terus menggenjot upaya penyetaraan tersebut dengan semakin banyaknya pesantren yang mendapatkan pengakuan penyetaraan terlebih lewat Ma’had Aly-nya.

Beliau menyampaikan kekhawatirannya di hadapan ratusan santri yang akan purna saat sambutan ;

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.