Penyebab Paling Mendasar Munculnya Penyakit Hati

https://unsplash.com/photos/I8HaM_Fy_jU

Penyebab Paling Mendasar Munculnya Penyakit Hati | Dalam kitab Mauidhatoul Mukminin dijelaskan bahwa hati tidak akan pernah kosong dari berbagai penyakit. Ketika penyakit hati tidak lekas diobati, maka penyakit tersebut justru bertumpuk dan akan memunculkan berbagai penyakit baru.[1]

Penyebab munculnya penyakit hati

Yang paling mendasar munculnya penyakit hati tidak lain dari makanan yang dikonsumsi. Rasulullah Saw telah memperingatkan kepada kita untuk selalu berhati-hati dengan makanan yang akan masuk ke dalam perut. Karena ketika makanan yang masuk ke dalam perut merupakan makanan yang haram, maka akan sangat berpengaruh terhadap perilaku orang yang memakannya. Begitu pula dengan sebaliknya. Hal ini seperti yang disabdakan dalam sebuah hadis Nabi Saw:

إِنَّ الْحَلَالَ بَيِّنٌ، وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ، وَبَيْنَهُمَا مُشْتَبِهَاتٌ لَا يَعْلَمُهُنَّ كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ، وَعِرْضِهِ، وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ وَقَعَ فِي الْحَرَامِ،

“Sesungguhnya perkara yang halal itu telah jelas dan perkara yang haram itu telah jelas. Dan di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang (samar), tidak diketahui oleh mayoritas manusia. Barang siapa yang menjaga diri dari perkara-perkara samar tersebut, maka dia telah menjaga kesucian agama dan kehormatannya. Barangsiapa terjatuh ke dalam perkara syubhat, maka dia telah terjatuh kepada perkara haram.”

Kamudian hadis ini diakhiri dengan kalimat;

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً، إِذَا صَلَحَتْ، صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ، فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

“Ketahuilah bahwa dalam tubuh manusia terdapat sepotong daging. Apabila daging tersebut baik maka baik pula seluruh tubuhnya dan apabila daging tersebut rusak maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah segumpal daging tersebut adalah kalbu (hati).[2]

Relasi hati dengan perilaku seseorang

Hadis di atas memiliki poin penting bahwa baiknya perilaku seseorang bergantung dengan baiknya hati.  Barangsiapa yang hatinya baik, maka anggota dhahirnya juga akan baik. Buruknya perilaku seseorang juga bergantung akan buruknya hati. Barangsiapa yang hatinya buruk, maka anggota dhahirnya juga akan buruk.

Hati menjadi pokok dari seluruh perbuatan yang kita lakukan. Agar perbuatan kita dapat berbuah manis, maka seyogyanya untuk selalu memperhatikan makanan, minuman maupun perkara yang kita kenakan harus diambilkan dari perkara yang halal (baik). Hal ini untuk menghindarkan dari berbagai penyakit yang akan mengotori hati kita.

baca juga: Penyakit hati

Yang ditakutkan dari penyakit hati

Penyakit hati atau buruknya hati harus kita jauhi. Karena ketika seseorang memiliki penyakit ini, hati akan mengambil alih pekerjaan orang tersebut dengan mengikuti hawa nafsu dan apa yang dicintainya.

Allah sangat membenci perbuatan tersebut. Karena perilaku yang didasari atas hawa nafsu hanya akan melahirkan perbuatan yang berujung kepada kemaksiatan.

Sebagai penutup dalam tulisan ini, jagalah hati kita agar senantiasa selalu dalam keadaan baik. Karena hati merupakan raja dari setiap anggota tubuh. Pendapat ini seperti yang dilansir Imam Ibnu Rajab dalam Tafsir-nya;

اَلْقَلْبُ مَلَكُ الْأَعْضَاءِ، وَبَقِيَّةُ الْأَعْضَاءِ جُنُوْدُهُ، فَإِنْ كَانَ المَلَكُ صَالِحًا كَانَتْ هَذِهِ الْجُنُوْدُ صَالِحَةً، وَإِنْ كَانَ فَاسِدًا كَانَتْ جُنُوْدُهُ بِهَذِهِ الْمَثَابَةِ فَاسِدَةً، وَلَا يَنْفَعُ عِنْدَ اللَّهِ إِلَّا الْقَلْبُ السَّلِيْمُ

“Hati merupakan raja dari anggota tubuh, dan setiap anggota yang lain adalah prajuritnya. Jika rajanya baik, maka seluruh prajurit juga akan baik, dan jika rajanya rusak, maka dalam ranah ini prajuritnya juga akan rusak. Tidak ada yang bermanfaat di sisi Allah kecuali hati yang selamat.”[3]

tonton juga: Dzikir Penentram Jiwa | KH An’im Falahuddin Mahrus
Penyebab Paling Mendasar Munculnya Penyakit Hati


[1] Jamaluddin al-Qosimi, Mauidhatul Mukminin min Ihya ‘Ulumuddin, hlm. 176, (CD: Maktabah Syamilah)
[2] Abul Husain Muslim, Shahih Muslim, hlm. 1219, vol. III (CD: Maktabah Syamilah)
[3] Ibnu Rajab al-Hambali, Tafsir Ibnu Rajab, hlm. 53, vol. II (CD: Maktabah Syamilah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.