Peran Duduk Iftirosy dalam Kesehatan

Photo by Masjid Pogung Dalangan on Unsplash

Sudah barang tentu terdapat hikmah-hikmah agung luar biasa di balik rahasia amr Ilahi, terutama di dalam sholat. Sholat bukan hanya ibadah mahdloh berfrasa ruhaniyah, akan tetapi juga menyangkut jasmaniyah.

Terbukti dengan adanya posisi-posisi serta gerakan-gerakan tubuh yang sudah ditetapkan sedemikian rupa. Dan itu juga memiliki dampak positif dalam kesehatan, baik jiwa dan raga. Dan ini sudah banyak dibuktikan dalam penelitian-penelitian para ahli.

Pembagian duduk pada saat melaksanakan shalat

Dalam shalat, ada dua posisi duduk, yaitu duduk iftirosy (tahiyat awal) dan duduk tawaruk (tahiyat akhir) dengan perbedaan yang paling mendasar ada pada posisi telapak kaki.

Penjelasan tentang duduk iftirosyi terhadap kesehatan tubuh

Duduk iftirosy dideskripsikan dalam hadis, “Nabi duduk dengan tuma’ninah sehingga ruas tulang belakangnya mapan.’’ Posisi ini membuat tulang belakang secara anatomis di daerah leher (vertebra cernical) berwujud cekung, kemudian mencembung di dada dan perut (thoracoabdominal), serta cekung kembali menuju tulang ekor.

Banyak riwayat mewartakan, jika Nabi tengah duduk, posisi punggung beliau tegak tanpa bersandar. Posisi duduk iftirosy bisa dikatakan mirip dengan rukuk, yakni akan terjadi pelurusan tulang belakang. Dalam posisi demikian, kebiasaan duduk iftirosy akan memperkuat otot punggung, sehingga beban tulang belakang menjadi lebih ringan, dan dalam posisi ini, juga akan memberikan dampak positif yakni melancarkan aliran cairan otak (liquar cerebrospinalis) di sumsum tulang belakang. Posisi duduk iftirosy terlihat anatomis karena tidak melipat perut.

tonton juga: Pentingnya Tarawih | KH. M. Anwar Manshur

Dalam buku Mukjizat Gerakan Shalat karangan Dr. Sagiran Sp.B. M.Kes. pernah melakukan penelitian sederhana tentang efek medis dari posisi duduk iftirosy. Dia menyimpulkan saat duduk iftirosy, menyebutnya ‘Duduk pembakaran’, di mana sistem kolateral menjadi penyuplai utama untuk memberikan oksigen dan nutrisi.

Sebab pada posisi duduk iftirosy, aliran darah utama ditungkai terhenti akibat lipatan paha yang extrem. Pemampatan atau pemadatan pada lutut akan menimbulkan kondisi kekurangan oksigen (hipoksia), yang kemudian kita rasakan sebagai kesemutan.

Untuk mengkompensasi kebutuhan tungkai bawah yang kekurangan oksigen, maka sistem kolateral itulah dikembangkan. Secara anatomi, 75 persen pembuluh kapiler manusia ada di wilayah pinggang ke atas.

Akibat kondisi kekurangan oksigen, tubuh melakukan mekanisme kompensasi, yakni mengembangkan sirkulasi melalui jalur pembuluh kolateral di kaki (pembuluh darah dari percabangan yang berdiameter halus, yang memasok darah di area lutut ke bawah).

Dr. Sagiran melakukan observasi pada tiga objek dengan indeks masa tubuh berbeda. Dia mengamati perubahan saturasi (kejenuhan) oksigen darah dan perubahan denyut nadi di tungkai saat mereka duduk iftirosy.

baca juga: Pengen Kaya? Jangan Meninggalkan Shalat dengan Dalih Bekerja

Ketika mereka berdiri, saturasi oksigen bisa mencapai 97-100 persen, dengan denyut nadi normal. Sementara itu ketika mereka duduk dengan tekukan sudut lutut mencapai 60 derajat, saturasi menurun sampai 93 persen dan akhirnya denyut nadi hilang, lalu saturasi tidak terdektesi lagi.

Dengan menghubungkan pulseoximetry ke jari kaki (jempol) saat duduk iftirosy, saturasi oksigen yang terukur di monitor vital sign perlahan menghilang hingga angka nol. Saat aliran darah utama berhenti total, debit otak ke otak dan organ penting bertambah.

Secara simultan, tungkai kaki akan mengembangkan sistem sirkulasi kolateral (cabang pembuluh darah) yang sangat efektif sehingga pembuluh darah menjadi lebih elastis. Hal ini bahkan dapat mencegah sumbatan artera, vena dan komplikasi penyakit diabetes melitus[1] berupa pembusukan kaki akibat gangguan pembuluh darah.

“Kalau seseorang tidak pernah berlatih melakukan duduk pembakaran, saat dia menderita penyakit semacam diabetes melitus. Lalu jalur pembuluh darah utamanya tersumbat, maka akan beresiko menjadi busuk (Gangren).” Demikian tulis Dr. Sagiran.

Dr. Sagiran juga melakukan observasi yang sama untuk Gerakan duduk bersila, namun efek menakjubkan seperti pada waktu duduk iftirosy tidak terjadi. Selain itu, duduk iftirosy dapat menjaga kesehatan persendian dengan mengaktifkan kelenjar keringat di lipatan paha. Bertemunya paha dengan betis akan meningkatkan produksi keringat sehingga melancarkan sekresi kelenjar keringat yang mengeluarkan mineral dan garam di bagian tersebut.

Bagaimana? Apakah tertarik untuk mencoba membiasakan duduk iftirosy dan akhirnya memiliki jejak biru di telapak kaki yang mungkin juga menjadi salah satu bagian dari min atsaris sujud (tanda dari bekas sujud)? []

Penulis: Umar Al-Faruq (Duduk di kelas III Tsanawiyah ini berasal dari kota Indramayu).


[1] Gangguan metabolisme karbohidrat karena kelenjar pankreas tidak mampu menyekresi insulin yang cukup dengan gejala adanya gula dalam urine, turunnya bobot badan, selalu haus dan lapar, dan banyak kencing; keadaan kekurangan insulin dengan akibat glukosa tidak dapat diolah oleh badan sehingga kadar glukosa dalam darah meninggi dan dikeluarkan dalam urine.

Peran Duduk Iftirosy dalam Kesehatan
Peran Duduk Iftirosy dalam Kesehatan