Nasihat Imam Ghazali Mengobati Penyakit Kikir | Bakhil atau orang biasa menyebutnya dengan kikir, merupakan salah satu dari penyakit hati yang sangat merugikan bagi pribadi seseorang. Orang yang kikir, jelas akan merugi -baik di dunia maupun diakhirat.
Dampak negatif bagi seseorang yang memiliki sifat kikir adalah timbulnya permusuhan dan kebencian pada orang-orang yang berada di sekitarnya. Hal ini disebabkan karena ia tidak mau berbagi dengan dengan sesama, atau menafkahkan sebagian harta di jalan Allah. Bukankah di setiap harta yang dimilik oleh seseorang terdapat hartanya orang lain.
Di akhirat juga begitu. Allah sangat mengecam perbuatan ini. Dalam Firman-Nya dijelaskan;
هَا أَنْتُمْ هَٰؤُلَاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ ۖ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ ۚ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ ۚ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ
“Ingatlah, kalian adalah orang-orang yang diminta untuk menafkahkan sebagian harta kalian di jalan Allah, namun di antara kalian terdapat orang-orang yang bakhil. Siapa pun yang bersikap bakhil (kikir), maka sesungguhnya ia bakhil (kikir) terhadap dirinya sendiri, sebab Allah Maha Kaya dan kalian adalah orang-orang miskin.” (QS Muhammad: 38).
Timbulnya Sifat Kikir Perspektif Imam Ghazali
Imam Ghazali menjelaskan bahwa sifat kikir muncul disebabkan kecintaan seseorang kepada harta yang berlebihan. Sedangkan cinta kepada harta ditimbulkan karena adanya dua faktor:
- Cinta akan kesenangan (dunia), yang tidak mungkin dicapai kecuali dengan harta dan banyaknya keinginan;
- Cinta kepada harta dan merasakan nikmat dengan adanya harta tersebut, walaupun ia mengetahui harta yang dimilikinya melebihi kadar kebutuhan hidupnya.
Terapi Pengobatan Sifat Kikir
Ketika telah mengetahui penyebabnya, maka cara pengobatannya dapat diperinci sebagaimana yang akan kami uraikan:
Pertama, cinta kesenangan dunia, dapat diobati dengan qona’ah (merasa cukup dengan sesuatu yang telah dihasilkannya) dan dengan bersabar;
Kedua, banyaknya keinginan atau harapan di dunia, dapat diobati dengan memperbanyak mengingat kematian, serta bermuhasabah (intropeksi diri) bahwa setiap orang pasti akan mati. Lalu manfaat apa yang dapat dinikmati ketika telah mengumpulkan harta yang banyak dengana dengan susah payah, sedang harta tersebut ujung-ujungnya akan sia-sia ketika ia telah mati.
Mengobati Kekhawatiran Rezeki Terhadap Anak
Untuk mengobati kehawatiran seseorang akan anaknya kelak, pada saat anaknya ditinggal mati kelak, ia akan hidup bagaimana? Apa yang ingin diberikan kepadanya? Maka selalu ingat bahwa Allah menjadikan setiap kelahiran (makhluknya) bersamaan dengan rezekinya. Sedangkan rezeki ini tidak akan pernah tertukar.
Perlu diingat bahwa banyak sekali anak yang sukses akan tetapi tidak mewariskan harta apapun kepada orang tuanya. Padahal, kehidupan anaknya ini jauh lebih baik daripada orang tuanya. Sehingga, jangan terlalu berharap kepada anak untuk memberikan hartanya. Namun, berharaplah kepada anak, agar mereka menjadi anak yang shalih dan shalihah, serta berbakti kepada orang tuanya. Agar kelak, ketika orang tuanya telah wafat, ia akan selalu memberikan kiriman do’a kepada kedua orang tuanya. Sehingga, gunakanlah harta yang dimiliki, untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak, terlebih pendidikan agama.
Kemudian, perlu ditegaskan bahwa harta yang ditimbun sepeninggal orang yang memiliki harta tersebut, yang diberikan kepada anaknya agar digunakan untuk kebutuhan yang bermanfaat, seringkali yang diharapkan justru kebalikannya. Yaitu digunakan untuk hal-hal yang buruk. Belum lagi ketika ahli waris berebut warisan, yang sangat mungkin sekali terjadinya pertikaian.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa menimbun harta untuk diberikan kepada anak-anaknya setelah meninggalnya seseorang, bisa saja tidak sesuai dengan yang diharapkan. Sehingga, mentasharufkan harta untuk kepentingan yang baik dan bermanfaat, perlu dilakukan.
Dalam Surat Al-Munafiqun Allah berfirman:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al-Munafiqun: 9)
Ancaman Bagi Orang yang Kikir
Banyaknya sekali hadis maupun kisah bagaimana orang-orang yang kikir mendapatkan caci maki, tidak memiliki teman, dan berbagai madharat lainnya. Sedang orang yang suka memberi justu memiliki banyak teman dan dipuji oleh banyak orang.
Belum lagi ancaman dari Allah, bahea mereka akan mendapatkan siksaan yang berat.
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ ۗ سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهٖ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۗ
“Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat.” (Ali Imram: 180)
Realisasi Mengobati Sifat Kikir
Salah satu realisasi mengobati sifat kikir yaitu seseorang seharusnya memikirkan kembali tujuan diberikannya harta untuk apa? Sehingga baiknya, jangan menyimpan harta tersebut kecuali sesuai dengan kebutuhannya. Bukankah dengan kita memberikan harta yang lebih kepada orang lain akan mendapatkan balasan kelak di akhirat. Dengan itu, seseorang juga akan dibuatkan istana megah di akhirat kelak. Bukankah kehidupan di dunia ini hanyalah fana (sebentar masanya), sedang di akhirat adalah kekal.
Penjelasan yang telah dipaparkan di atas merupakan terapi pengobatan sifat kikir dalam ranah ilmu dan ma’rifat. Bagi orang-orang yang diberikan nurul bashiroh (cahaya hati) oleh Allah, pasti beranggapan bahwa menyedekahkan sebagian harta yang dimiliki, lebih baik daripada menimbun. Sehingga ketika telah muncul gairah untuk memberikan sebagian harta lebih yang telah dimilikinya, ia akan langsung tergerak untuk memberikannya.
Ketika telah muncul gairah tersebut, kemudian muncul keinginan untuk tidak menyerahkan sebagian harta lebih yang dimilikinya, maka alangkah baiknya untuk menuruti keinginan yang pertama (bergegas untuk mensedekahkannya). Jangan sampai tidak memberi. Karena sesungguhnya yang menjanjikan fakir dan miskin bagi orang-orang yang ingin bersedekah adalah Syaitan. Syaitan akan selalu menakut-nakuti seseorang dengan kemiskinan dan mencegah manusia untuk bersedekah.[]
Disarikan dari kitab Mau’idhotul Mukminin, Syaikh Muhammad Jamaluddin bin Muhammad Sa’id al-Qashimi, ringkasan dari kitab Ihya ‘Ulumuddin (Beirut; Darul Kutub Ilmiah), 227
Nasihat Imam Ghazali Mengobati Penyakit Kikir
Baca juga: Tawakal Pada Ijazah
Tonton Juga: [TALKSHOW] ZONASI PONDOK CABANG LIRBOYO
