Pesantren dalam Dunia Maya

LirboyoNet, Kediri – Yang mengendalikan dunia adalah yang mampu memahami dan memanfaatkan teknologi. Beberapa hari yang lalu pihak ponpes Lirboyo bekerja sama dengan T elkom, Kemkominfo (Kementerian Komunikasi dan Informasi) dan UPN (Universitas Pembangunan Nusantara) Surabaya menyelenggarakan workshop pelatihan pemanfaatan teknologi internet oleh santri. Acara yang bertajuk Workshop TIK Masuk Pesantren ini melibatkan delegasi dari sekitar 30 pesantren di daerah Kediri dan sekitarnya. Antara lain pesantren unit-unit di Lirboyo, Kediri, Bltar, Tulungagung bahkan ada peserta yang jauh-jauh dari Langitan juga. Tiap pesantren mengirimkan dua orang delegasi untuk digembleng teknologi yang sehat selama acara berlangsung.

Acara yang diselenggarakan tiga hari dimulai sejak Jum’at, 16 hingga Ahad, 18 November 2012 ini memang acara terbatas dan hanya bisa diiuti oleh para delegasi resmi dari pesantren masing-masing.

Hari pertama acara dibuka dengan seremonial resmi yang dilaksanakan di Aula Al Muktamar. Karena peserta tidak sampai seratus orang aula serasa sangat lapang. Dengan antusias mereka menyimak sambutan-sambutan dari masing-masing perwakilan penyelenggara mengenai agenda apa yang akan mereka ikuti berikut sasaranya.

Sambutan pertama disampaikan oleh Novianto Puji Raharjo, dosen sekaligus perwakilan rektor UPN. Dalam sambutan singkatnya lelaki yang selalu berpakaian ala habib ini menyampaikan banyak hal tentang pentingnya santri dalam menjadi pemegang kendali utama arus informasi.

“Bukan hanya memanfaatkan, tapi juga mengisi. Selain itu bukan hanya dimanfaatkan sendiri tapi juga disebarkan di masyarakat luas dan pesantren lain,” ujar pria yang lebih dikenal dengan panggilan Gus Novi ini. “Dulu orang-orang nongkrong di mall, warung kopi kini pindah nongkrong di facebook. Dulu mencari referensi, infromasi, artikel di Koran, majalah atau perpustakaan kini lebih ampuh bertanya ke mbah Google,” tambahnya disambut oleh gelak tawa hadirin.

Sambutan kedua dari Telkom Jawa Timur, penyenggara utama acara ini. Dalam hal ini disampaikan oleh Radian Sigit dari Telkom Kota Kediri sebagai perwakilan. Dalam sambutannya pria berkumis ini banyak menyampaikan visi dan misi Telkom dalam menyelenggarakan acara ini.

“Acara sekarang ini merupakan workshop keempat yang diselenggarakan Telkom jatim. Pertama di Sidoarjo dengan peserta pesantren-pesantren sekitar daerah Tapal Kuda dan pesisir utara, kedua di pesantren Al Haromain, Sampang dengan peserta pesantren-pesantren di Madura dan yang ketiga di Ponorogo,” urainya.

Biacara tentang internet ada paradoks yang terjadi. Di dalamnya ada hal yang baik dan yang buruk. Ironisnya yang jahat selalu berusaha mendominasi. Inilah yang menjadi alasan utama kendali internet harus dipegang oleh santri agar setidaknya bisa mengimbangi keadaan ini.

“Perjuangan kini terjadi di dunia online, yakni dengan memerangi kejahatan di dalamnya,” ujar bapak berbaju batik ini.

Untuk mensukseskan acara ini Telkom memberikan layanan wifi gratis di area Aula Al Muktamar.
Sambutan yang ketiga disampaikan oleh Prawoto dari Kemkominfo kota Kediri. Dalam sambutannya bapak paruh baya ini banyak mengungkapkan kondisi teknologi di nusantara saat ini. “Indonesia ini luas tapi infrastrukturnya belum merata,” ungkapnya. Termasuk di pesantren. Dengan diadakannya workshop ini setidaknya pemerataan pemanfaatan teknologi bisa diperluas.

Selain itu bapak yang murah senyum ini juga mengungkapkan 3 hukum dasar dalam TIK, yaitu cepat, berjaringan dan efisien. “Jika dalam santri berdakwah juga bisa menerapkan 3 hukum dasar ini, niscaya dampaknya akan lebih efektif,” tandasnya.

Seremonial pembukaan workshop ini kemudian ditutup dengan sambutan dari KH. Anwar Mansur dari pihak tuan rumah sekaligus doa.

Selanjutnya selama tiga hari ke depan para peserta akan diberi wawasan seputar TIK dan pelajaran yang tidak bisa didapatkan di kelas madrasah, yakni sosial media dan streaming. Apa itu?
Sosial media adalah istilah untuk website yang berisikan suatu komunitas lengkap dengan berbagai informasi di dalamnya. Namun yang menjadi sasaran utama di sini adalah para santri bisa membuat situs yang berisi tulisan, berita, artikel dari masing-masing pesantren yang bisa diakses oleh siapapun. Para peserta diajari bagaimana membuat blog sebagai wadahnya.

Sedangkan streaming adalah istilah untuk berbagai macam rekaman yang dicantumkan dalam suatu situs dan bisa diakses siapa saja. Bisa berupa rekaman video maupun audio. Bahkan untuk bisa membuat radio online bisa dengan mudah lewat media streaming ini. Selain itu tak perlu pemancar seperti pada stasiun radio pada umumnya. Cukup bermodal modem aktif dan rekaman.

Selama dua hari, sejak Jum’at hingga Sabtu para peserta digembleng dua materi ini oleh para mahasiswa UPN. Dari dua delegasi masing-masong pesantren dibagi rata, satu mengikuti kelas sosial media, satu streaming. Penyampaian materinya cenderung santai dan tidak kaku. Semua mendengarkan penjelasan singkat dari pemateri kemudian langsung praktek di laptop masing-masing dengan dibimbing oleh para mahasiswa.

Di hari terakhir agenda yang dilaksanakan adalah menonton film dokumenter tentang peran internet, khususnya sosial media di kancah nasional. Dalam film berdurasi 45 menit itu menampilkan beberapa profil orang-orang Indonesia yang berhasil sukses memanfaatkan media. Ada tukang becak yang memanfaarkan facebook. Hingga kasus-kasus nasional seperti Koin Prita dalam kasus Prita Mulyasari vs RS Omni dan dukungan kepada Bibit Chandra vs KPK yang heboh karena facebook juga.

“Sudah tak perlu repot-repot demo untuk mempropaganda dan menggerakkan massa,” tambah Gus Novi ketika film selesai.

***
Teknologi memang luar biasa. Aspek kehidupan yang tersentuh teknologi akan lebih optimal dan efisien. Dewasa ini masyarakat hidup tidak bisa lepas dari teknologi. Sejak bangun tidur hingga kembali ke kasur. Semua kini mudah. Mau mandi nyalakan pompa, mau ngopi panaskan air lewat dispenser, mau cari hiburan setel teve, mau ngobrol dengan saudara atau teman tinggal pencet hape, mau keliling dunia gratis cukup nge-klik internet.

Beralihnya gaya hidup masyarakat ini menuntut santri untuk juga mulai meramabah ranah teknologi jika mau berdakwah. Dengan memanfaatkan teknologi syiar agama Islam ala pesantren dan Ahlusunnah wal Jamaah bisa lebih efektif tanpa perlu memeras keringat lebih.

Melalui workshop ini diharapkan, walau sedikit, para delegasi dalam adalah pilihan emas yang dikirim oleh masing-masing pesantren. Sehingga apa yang menjadi misi penyelenggara tidak hanya jadi isapan jempol. Terakhir, hanya ada dua pilihan dalam menyikapi teknologi, menjadi pelaku yang mampu mengubah wajah dunia atau hanya penonton yang terus saja menjadi pengikut. Semua pilihan ada di tangan kita.[]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.