KKN Bernafaskan Aswaja an-Nahdliyah

LirboyoNet, Kediri — Sejak 27 Juli kemarin, ratusan mahasiswa Institut Agama Islam Tribakti (IAIT) menjalani program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Ratusan mahasiswa itu terbagi menjadi beberapa kelompok yang tersebar di beberapa tempat di Kabupaten Nganjuk. Berlangsung KKN akan berakhir pada 27 Agustus esok.

Salah satu kelompok itu bertempat di desa Sengkut, kecamatan Berbek. Total, ada 36 mahasiswa yang bertugas di sana. Perinciannya, 20 orang putra, 16 orang putri. “Di sini full banget kegiatannya. Dari ngajar di sekolah, ngajar ngaji, ngisi kegiatan masjid, banyaklah,” ungkap Dhomirotul Firdaus, koordinator mahasiswi yang bertempat di daerah itu.

Dari pengenalan mereka terhadap situasi masyarakat ini, mereka bisa tahu banyak hal. Bahwa di dalam masyarakat, banyak sekali kebutuhan yang belum bisa dipenuhi oleh mereka sendiri. Karenanya, dalam kesempatan KKN ini, para mahasiswa mencoba berbagi pengalaman dengan mereka. Misalnya dalam hal wirausaha. “Kemarin masyarakat itu minta pelatihan budidaya jamur. Kita coba datangkan narasumber buat mereka. Kebetulan, saya basicnya jualan online, jadi bisa sekalian ajarin mereka marketing, biar nanti setelah usaha berjalan ga bingung pemasarannya bagaimana,” jelas mahasiswi yang juga putri almaghfurlah KH. Rofi’i Ya’qub  (dzuriyah PP HY, salah satu pondok unit Ponpes Lirboyo).

Selain dalam wirausaha, dalam KKN yang mendapat perhatian khusus adalah pendidikan, terutama pendidikan anak-anak Sekolah Dasar. “Kita punya tugas masing-masing untuk ikut mendidik mereka. Kita juga masuk di TK. Susah-susah gampang sih. Tapi senengnya, mereka mau hafalin mars ya lal wathan. Bahkan kalau belum nyanyi ya lal wathan, mereka ga mau pulang,” tuturnya sembari tertawa.

Mereka juga ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat lainnya. Semisal, rutinan ibu-ibu Muslimat dam Fatayat. Kegiatan bernafaskan ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah lainnya, seperti tahlilan, yasinan, diba’an, barzanjen, juga menjadi agenda yang wajib diikuti oleh seluruh mahasiswa. Karena sudah dapat dimaklumi bahwa Pondok Pesantren Lirboyo dengan seluruh unit pendidikannya terus berusaha memperkuat jalinan akidah keislaman dan perjuangan kebangsaan dengan ruh ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah.

Neng Firda, sapaan akrabnya, mengungkapkan bahwa sejatinya aktivitas KKN ini tidaklah jauh berbeda dengan situasi kehidupan bermasyarakat nantinya. “KKN ini sebenarnya adalah cerminan dari prilaku kehidupan kita sehari-hari. Ada teman saya yang di rumahnya doyan masak. Jadinya di tempat KKN dia masak mulu,” tukasnya.

Meskipun begitu, karena background mereka adalah santri, mereka tetap tak lupa untuk memberikan pengajian kitab kuning kepada masyarakat. Bagi para santri, pengajian kitab kuning adalah tradisi yang arif untuk terus dilestarikan. Di tempat manapun, di waktu apapun, dalam kondisi bagaimanapun. Inilah warisan ulama yang harus dijaga benar-benar oleh para pemuda penerusnya.][

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.