LirboyoNet, Kediri—Khidmah adalah proses penempaan diri untuk membentuk karakter santri sebelum akhirnya betul-betul pulang dan bertempat di sekeliling masyarakat. Begitulah kira-kira apa yang disampaikan ustadz Thohari Muslim, pemateri Diklat Khidmah dan Mengajar yang diselenggarakan Kamis (02/02) kemarin.
Di awal materi, ustadz Thohari mengingatkan bahwa program wajib khidmah ini adalah kesempatan mulia yang diberikan oleh pesantren kepada para santri. “Jangan malah ngersulo (resah). Lihat mustahiq (guru) sampean. Mereka bertahan tidak hanya setahun, tapi sampai lima tahun, sembilan tahun.” Dengan berkhidmah dan mengajar, santri akan mempunyai kesempatan untuk menutupi kekurangan yang ada. “Sederhananya, mengajar itu belajar lagi,” jelas beliau.
Tidak ada kamus minder dalam berkhidmah. KH. Marzuqi Dahlan, atau Kiai Juki, sendiri telah mewanti-wanti santri untuk tetap mendedikasikan diri dalam proses ajar-mengajar, di manapun. “Isone alif ba ta yo diulangne alif ba ta, iso Sullam yo diulangne Sullam, (bisanya alif ba ta ya diajarkan alif ba ta, bisanya Sullam (kemungkinan besar kitab Sullam Taufiq, -Red) ya diajarkan Sullam),“ ungkap beliau menirukan maqalah Kiai Juki.
Tentu perjalanan khidmah nanti tidak bisa semulus yang dibayangkan. Akan ada halangan-halangan yang tidak diprediksi. Beliau memberi misal, “waktunya mengajar, ternyata ada undangan tahlilan di tetangga. Ini tidak bisa kita kukuh mengajar. (jika begitu) Akan dikucilkan masyarakat. Mengajar juga tidak bisa disampingkan. Lalu bagaimana? Titik tengahnya, tetaplah mengajar, meskipun sebaris. Setelahnya, baru hadiri undangan.” Dengan begitu, kita tidak meninggalkan tanggungjawab sebagai pengajar, juga tetap memiliki hubungan baik dengan masyarakat sekitar.