Melepas Rindu di Haul KH. Imam Yahya Mahrus Ke XII

Haul ke 12 KH. Imam Yahya Mahrus

Lirboyo.net–“Kullu nafsin dzaiqotul maut”, setiap manusia pasti akan menjumpai kematian. Dan sebaik-baiknya bekal sebelum menghadapinya adalah taqwa. Dua belas tahun yang lalu Pondok Pesantren Lirboyo sempat berduka atas kepergian salah seorang guru besar, pendiri Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah, yakni KH. Imam Yahya Mahrus.

Sejak kepulangan Yai Imam -panggilan akrab beliau- ke Rahmattullah, sangat meninggalkan duka yang mendalam serta jasa-jasa dan perjuangan yang tidak akan pernah terlupakan.

Sabtu malam, 09 September 2023M, ribuan santri Pondok Pesantren HM. Al-Mahrusiyah, bersama-sama memperingati haul ke-XII KH. Imam Yahya Mahrus di Pondok Pesantren HM Al Mahrusiyah III di kelurahan Ngampel  Kec. Mojoroto Kota Kediri.

Dalam acara itu, selain para Masyayih Lirboyo, hadir juga KH Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A. Selaku Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul ‘Ulama sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Luhur Al-Tsaqafah, Jakarta Selatan dan para habaib seperti Habib Ahmad Alidrus, Habibi Abdurrohman bin Aqil, Habib Ali Zainal Abidin bin Aqil, Habib Musthafa Aljufri, Habib Musthafa Alhadad, dll.

Hadir pula para alumni dari beberapa generasi juga masyarakat. Momen haul ini dijadikan momen melepas rindu antar alumni dan sekaligus menjadi momen untuk memperkuat tali silaturrahim antar sesama alumni, santri, dan tentunya dengan pengasuh.

Acara haul diawali dengan pembacaan tawasul dan pembacaan surah yasin  yang di imami oleh KH.R. Abdul Hamid Abdul Qodir, pengasuh Pondok Pesantren Ma’unah Sari Bandar Kidul Kota Kediri, kemudian dilanjutkan pembacaan Ayat suci Al-Quran dan Pembacaan Qosidah Maulid oleh Habib Ahmad Idrus Alhabsyi dari Pasuruan.

KH. Agus Melvin Zainul Asyqien selaku pengasuh Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah, memberikan sambutan atas nama keluarga. Dalam sambutannya beliau mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf kepada seluruh para tamu undangan. Walaupun sudah beberapa bulan persiapan untuk acara haul ini dengan persiapan yang matang, bagaimana agar dalam acara ini bisa sukses, akan tetapi segala sesuatu yang dianggap sempurna pasti akan tampak kekurangannya, “ungkapnnya.

Lebih lanjut Gus Melvien -sapaan akrab beliau- juga menjelaskan bahwasanya haul ini merupakan bentuk penghormatan kepada orang tua serta ittiba’ terhadap Nabi Muhammad Saw, sebab dalam sebuah keterangan hadist juga telah disebutkan;

“Suatu saat Nabi Muhammad didatangi seseorang dari Bani Salamah, ‘Ya Rasulullah orang tua saya telah meninggal, apakah ada amalan agar saya tetap birrul wallidain kepada mereka?
Kanjeng Nabi kemudian dawuh, kirimlah doa dan istighfar kepada orang tuamu. Maka dari itu pelaksanaan haul ini tidak lepas untuk mengikuti dawuh Kanjeng Nabi Muhammad Saw,”tuturnya.

Sebelum mengahiri sambutannya beliau memohon doa kepada para masyayih, habaib dan seluruh santri dan para alumni agar keluarga besar Almaghfurlah KH. Imam Yahya Mahrus diberi kekuatan, kesabaran dalam meneruskan perjuangan dari KH. Imam Yahya Mahrus, “jelasnya.

Kemudian dilanjutkan sambutan atas nama pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri. Oleh KH. Abdullah Kafabihi Mahrus; beliau memanjatkan puji syukur -Alhamdulillah- karena kita bisa berkumpul di majlis haul ini, karena banyak para ulama dan habaib yang mana ketika kita melihat wajahnya saja bisa menghantarkan kita menuju surga,”tuturnya,

Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa Pondok Pesantren itu mempunyai ciri khas masing masing, kalo di Tebuireng setiap hari Selasa libur ngajinya, karena Hadratussyekh KH Muhammad Hasyim Asy’ari  setiap hari Selasa, beliau membimbing masyarakat dalam perekonomian dan sosial.

Adapun kalo di Lirboyo sendiri bilamana hari Selasa Almaghfurlah KH. Abdul Karim juga libur mengaji, sebab setiap hari Selasa beliau mulang (mengajar,Red) Jin di pemakaman Dempul,”jelasnya.

Beliau mengingatkan lagi, bahwasanya kiai-kiai itu meneruskan perjuangan nabi dalam menegakan kebenaran dan melawan kedzaliman,

Kiai-kiai ini meneruskan perjuangan para nabi, dan para nabi itu selalu menantang kedzaliman,  Nabi Musa melawan Fir’aun yang dzolim, Nabi Ibrohim melawan Raja Namrud, juga kanjeng Nabi Muhammad Saw, melawan kaum jahiliyah, tidak berkompromi untuk melawan kedzaliman,”tutur Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini.

Dihadapan ribuan jamaah, kehadiran Bapak Djazuli, Mewakili  Gubernur Jawa Timur Ibu Hj. Khofifah Indar Parawansa, M.Si. yang tidak bisa hadir,  beliau menyampaikan salam dan permohonan maaf dari Ibu Gubernur yang berhalangan hadir pada kesempatan tersebut.

Dilanjutkan sambutan dari Wakapolda Jatim Brigjen. Pol. Akhmad Yusep Gunawan, S.H., S.IK., M.H., M.Han. Beliau menyampaikan apresiai yang setinggi tingginya karena sudah ada hubungan dan kerja sama yang  baik antara ulama dan umaro di Jawa Timur. Semoga Jatim tetap aman kondusif dengan hubungan dan kerja sama yang telah terbangun.

Wakil Kementrian Agama RI, Bapak Saifurrohmad Dasuqi S.IP, M,Si, dalam kesempatan sambutannya, membacakan sekilas tentang Manaqib KH. Imam Yahya Mahrus, kemudian mengatakan bahwa kehadirannya juga tidak lepas dari firman Allah Swt; Wa lâ taqûlû limay yuqtalu fî sabîlillâhi amwât, bal ayâ‘uw wa lâkil lâ tasyurûn.

Artinya: “Janganlah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Namun, (sebenarnya mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya”.

Lebih lanjut beliau menutrurkan bahwa kami hadir semata-mata untuk mengharapkan keberkahan dari para waliallah. Dalam acara haul KH. Imam Yahya Mahrus ini, saya yaqin seyaqin yaqinnya bahwa beliau juga turut hadir di antara kita dan akan mendoakan kepada  kita semua juga kepada warga Indonesia.”jelasnya.

Dalam Tausiyahnya, Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Prof. Dr. K.H. Said Aqil Siroj, M.A. menjelaskan peranan penting tentang lembaga pendidikan berupa pesantren yang menjadi banteng yang kuat banteng yang kokoh menjaga ajaran agama islam.

Pesantren adalah tempat ideal dalam memahami agama, membangun budaya, akhlak yang baik, serta memperkuat akidah dan keimanan. Maka dari itu, bagi Kiai Said Aqil Siroj, jasa pesantren dan ulama sangat besar, dalam membangun kemajuan ilmu islam dan mempertahankan prinsip prinsip islam dengan tafaquh yang mendalam.”tuturnya.

Kemudian suami dari Ny. Hj. Nur Hayati Abdul Qodir, juga menekankan pada seluruh santri untuk berpendidikan tinggi dan mapan ekonomi, sembari mengutip firman Allah Swt; Walyakhsyallażīna lau tarakụ min khalfihim żurriyyatan ḍi’āfan khāfụ ‘alaihim falyattaqullāha walyaqụlụ qaulan sadīdā.

Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Pesantren lirboyo tak boleh ketinggalan dalam menguasai teknologi, pendidikan tak boleh ketinggalan, juga, memiliki ekonomi yang mapan, jangan sampai meninggalkan anak cucu melarat, orang Islam harus wajib kaya, pandai mengelolanya kekayaan bumi dan seisinya. Alumni Lirboyo jangan menjadi mustahiqin tapi harus muzaki. Sayidina Utsman Bin Affan, yang pasti masuk surga, pernah sedekah gandum, diangkut 700 unta, berarti kaya, kehidupan harus ditingkatkan.” Tegas yai Sa’id.

Lebih lanjut pengasuh Pesantren Ats-Tsaqafah Jakarta itu mencontohkan, bahwa orang Yahudi tidak punya usul fiqqih, thoriqotul istinbath, manhajul Istidlal, jadi kalo orang Yahudi hanya baca kitab suci saja, tidak ada metodologi istinbath, di islampun yang mengkaji usul fiqih  hanya di pesantren,”jelasnya.

Orang Yahudi tidak ada ilmu tafsir Asbabunnuzul, tafsir Bidiroyah, tafsir Biriwayah yang ada hanya pesantren. Walhasil pesantrenlah yang berjasa besar membangun Tsaqofah, Hadoroh Islamiyah di Indonesia,”tandasnya.

Doktor lulusan Universitas Ummul Qura Makkah ini memberi motivasi agar kita harus bangga menjadi santri. Sebelum mengahiri tausiahyah beliau mengajak santri untuk menirukan ucapanya. “Saya harus menang, saya tidak boleh kalah, saya harus kaya, saya tidak mau melarat, saya harus pintar, saya tidak mau bodoh.”di tirukan dengan serentak oleh para santri dan hadirin.

Acara diahiri dengan melangitkan doa bersama yang dipimpin oleh Habib Musthafa Alhaidar, Habib Musthfa Aljufri dan KH. Hilmi Ahmad Basyaiban. Wallahu a’lam bish-shawab.

Baca Juga; Mata Air Keteladanan KH. Imam Yahya Mahrus Lirboyo

Media Sosial Pondok Pesantren Lirboyo : InstagramFacebookYoutube.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.