Kunjungan Pimpinan Dayah Aceh

LirboyoNet, Kediri – Kembali, Pondok Pesantren Lirboyo menjadi salahsatu tujuan rujukan studi banding rombongan dari perwakilan Badan Pendidikan Dayah Provinsi Daerah Istimewa Aceh.  Sekitar pukul 15.30 WIB kemarin (20/10/2015) mereka tiba di kompleks Pondok Pesantren Lirboyo. Segenap Pimpinan Pondok menyambut hangat kedatangan rombongan yang  tidak lebih dari 37 orang, sebagian dari mereka adalah perempuan.

Kebanyakan dari mereka merupakan pimpinan dayah (pesantren) yang ditugaskan oleh pemerintah DI Aceh untuk menimba ilmu kepesantrenan di sejumlah pondok pesantren yang berada di Jawa. Perwakilan dari rombongan, Ust. Bustami Utsman, mengatakan dalam sambutannya, “Kami sedang melakukan penelitian dan pembelajaran terkait manajemen pondok pesantren, kurikulum, pengembangan ekonomi syariah, dan peradaban santri. Di dayah kami jumlah santri paling banyak sekitar 5.000-an santri, sedangkan setahu kami di pesantren ini jumlahnya mencapai 16.839 santri. Dari sini kami ingin belajar lebih jauh bagaimana caranya supaya dayah kami memiliki kualitas baik dan semakin diminati santri.”

Agus HM. Adibussholeh Anwar, dalam sambutan Pimpinan Pondok Pesantren Lirboyo menceritakan sejarah singkat bagaimana awal mula Mbah KH. Abdul Karim berjuang dan merintis dakwahnya di Desa Lirboyo. Ibarat sumur yang tidak sepi didatangi oleh mereka yang membutuhkan, KH. Abdul Karim juga saat itu menjadi salah satu favorit ulama yang paling banyak diburu oleh santri yang haus akan ilmu alat (gramatika Arab). Dengan keikhlasan, tirakat, dan perjuangan keras beliau, hingga saat ini Lirboyo masih tetap konsisten memilih metode salaf  sebagai karakter kuat yang melekat di tubuh pesantren. Pada awal berdirinya, metode yang dipakai ialah sistem bandongan. Sekitar tahun 1925 M., model pendidikan memakai sistem berjenjang (klasikal), tanpa melenyapkan sistem terdahulu. Inilah cikal bakal dari Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien (MHM).

Lebih jauh Agus Adib mengatakan, “Di pesantren ini lebih ditekankan peningkatan kualitas santri dari sisi ta’allum (pengetahuan) dan tarbiyah (pendidikan, pelatihan). Di samping mempelajari ilmu agama, santri juga ditekankan untuk mengaplikasikan ilmunya dalam kesehariannya. Sepanjang 24 jam kegiatan mereka dipantau oleh pengurus. Santri di sini dituntut untuk hidup qana’ah, tidak boleh berlebihan. Makan dengan menu sederhana dan tidur di lantai sudah biasa. Dari sini santri diharapkan memiliki karakter hidup sederhana.”

Antusiasme peserta terlihat cukup tinggi, mereka menyimak dengan serius pemaparan yang disampaikan Agus Adib. Setelah sambutan sekaligus penyampaian materi studi banding selesai, acara diteruskan dengan sesi tanya-jawab. Beberapa peserta menanyakan terkait manajemen, pengembangan ekonomi syariah, kurikulum, dan badan hukum.

Acara ini ditutup dengan sambutan dan lantunan doa dari Romo KH. M. Anwar Manshur, beliau menyampaikan rasa terimakasih dan mudah-mudah bermanfaat untuk diterapkan di dayah masing-masing. Sebagai catatan, kunjungan akan dilanjutkan ke pesantren Pujon Malang dan beberapa pesantren lainnya. (Bink)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.