LirboyoNet, Kediri – Betapapun seseorang mempelajari sesuatu, jika ia hanya membaca dan mengunyah sendiri –tanpa mengutarakannya pada orang lain– ia masih menjadi pelajar yang belum utuh. “Separuh kepahamanmu atas sesuatu berada bersama temanmu. Karenanya, bermusyawarahlah agar sempurna kepahamanmu,” begitu kira-kira ungkapan para ahli hikmah.
Pada Kamis malam hingga Jumat sore kemarin (15-16/09), ratusan santri Lirboyo berkumpul di gedung Lajnah Bahtsul Masail. Mereka adalah para siswa Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien (MHM) yang telah dipilih oleh para mustahiq (wali kelas). Mereka sengaja dipilih sebagai perwakilan masing-masing kelas, guna mendapatkan penyegaran tentang bagaimana musyawarah seharusnya berlangsung. Even yang bernama Penataran Keroisan ini diselenggarakan oleh Majelis Musyawarah Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien (M3HM), sebuah badan otonom milik MHM.
“Yang kita bahas sekarang adalah sistem. para sesepuh dahulu, telah merumuskan cara-cara tertentu agar musyawarah bisa berjalan efektif dan menghasilkan,” buka ustadz Hamim Hudlori, salah satu pemateri pada acara itu.
Sistem yang telah dibangun itu, menurutnya, dalam perjalanannya hingga kini telah menghasilkan lulusan Lirboyo yang mumpuni, tangguh dalam ruang-ruang musyawarah. Sedari bahtsul masail tingkat desa hingga even internasional.
Namun, sistem hanya akan menjadi catatan di atas kertas, jika potensi manusia yang berkecimpung di dalamnya tak juga dibangun. Hanya akan menjadi sejarah yang tidak bisa dibanggakan. Great Wall di China menjadi buktinya. Batu-batu disusun setinggi mungkin, setebal mungkin. Tujuannya jelas: musuh akan berpikir ratusan kali untuk menyerang kerajaan. Namun kita tahu, China runtuh tanpa lubang di tembok mereka. “Mereka lupa untuk membangun mindset para penjaga (tembok China). Musuh tinggal menjatuhkan mental dan moral mereka (agar dapat masuk ke dalam),” kisah beliau.