Silaturrohim Santri & Alumni Lirboyo Daerah Bondowoso

LirboyoNet, Bondowoso – Dalam rangka mengisi kegiatan liburan pondok tahun 1437 H., maka santri aktif PP. Lirboyo Kota Kediri yang bermukim di Bondowoso & Situbondo berkolaborasi dengan PC. Himasal Bondowoso & Situbondo mengadakan kegiatan bertajuk “Silaturrohim Santri & Alumni PP. Lirboyo Kota Lirboyo serta Penutupan Pengajian Rutin Kamis Legi PC. Himasal Bondowoso & Situbondo 1437 H/2016 M” di PP. Nurul Hasan, Dadapan, Grujukan, Bondowoso beberapa hari yang lalu sebelum masuk bulan puasa.

Alumni Pondok Lirboyo Daerah Bondowoso
Sebagian Pengurus PC. Himasal Bondowoso & Situbondo bercengkrama dengan KH. Muhammad Ghozaly Bahar sebelum acara dimulai

Acara tersebut berlangsung gayeng dengan pola seperti kegiatan jam’iyyahan di pondok. Ketua Umum PC. Himasal Bondowoso & Situbondo, KH. Asy’ari Fasya, Lc, dalam sambutannya menyatakan bahwa apapun kegiatan yang kita lakukan itu semata-mata bagian dari khidmah pada masyayikh Lirboyo. Beliau juga menyitir sebuah hadis:

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

“Barangsiapa yang suka dilapangkan rizkinya dan diakhirkan ajalnya, maka sambunglah silaturrahim.”

Acara ini menghadirkan penceramah yang juga alumni PP. Lirboyo dari Probolinggo, KH. Muhammad Ghozaly Bahar. Beliau adalah salah seorang Purna Mustahiq MHM Lirboyo 1993, juga Mudier MTs MHM Lirboyo 1993/1994. Selanjutnya beliau memperistri salah seorang keponakan Almaghfûrlah Mbah Yai Idris Marzuqi.

Dalam mau’idhohnya beliau lebih banyak bernostalgia tentang kehidupan sebagai sesama santri Pondok Lirboyo. Beliau membuat ibroh sederhana tentang model lembaga pendidikan seperti sebilah pisau dan keris. Keris lebih mahal dari pisau, sebilah keris bisa bernilai 20 sampai 40 kali harga pisau. Namun kenyataannya lebih banyak manfaat pisau dari keris. Pisau digunakan untuk berbagai kebutuhan, sedangkan keris hanya menjadi hiasan seperti yang dipakai oleh pengantin pria saat di pelaminan, itupun diletakkan di belakang punggungnya.

Demikian pula lembaga pendidikan. Ada yang mahal biayanya dan mewah fasilitasnya, tapi outputnya kadang tidak maksimal. Mondok di Lirboyo itu murah, tapi besar barokah dan manfaatnya. Banyak alumnusnya yang menjadi mulia setelah pulang ke kampung halamannya.

Dawuh Sayyidina Abdullah bin Abbas:

ذللتُ طالبا وعززتُ مطلوبا

وفي رواية : ذَلَلْتُ طَالِبًا لِطَلَبِ الْعِلْمِ، فَعَزَزْتُ مَطْلُوبًا

Sekarang ini banyak lembaga mewah yang memanjakan santri/siswanya, sehingga hasilnya tidak mandiri dan tidak siap melarat. Menjadi santri Lirboyo harus siap melarat, sebagaimana dawuh Mbah Yai sepuh. Sehingga jadi apapun ketika pulang sudah siap dan tidak kaget.

Santri-Alumni-Pondok-Lirboyo-Bondowoso
Sebagian Pengurus PC. Himasal Bondowoso & Situbondo dan Panitia dari Santri Aktif PP. Lirboyo Kota Kediri berpose bersama setelah acara

Maka “pisau” harus sering diasah supaya tidak karat, begitupun santri dan alumni harus tetap menjaga ‘alaqoh dengan Masyayikh. Beliau juga berpesan agar para santri dan alumni meneladani segala perilaku Masyayikh, khususnya dalam hal keistiqomahan dan ketawadlu’an. Di samping itu beliau juga menekankan pentingnya mempunyai jiwa pengabdian terhadap ummat dengan meneladani Masyayikh, serta pentingnya pula menjaga agar Masyayikh senantiasa meridloi kita.

Acara ditutup dengan pembacaan doa oleh Wakil Ketua PC. Himasal Bondowoso & Situbondo, KH. Zainal Musthofa Sumoko Sholeh, yang juga Purna Mustahiq MHM Lirboyo tahun 1997. Lalu dilanjutkan dengan ramah tamah dan dialog antar para santri dan alumni.[]

Dituturkan oleh ALY SHODIQ ASA, Sekretaris Umum PC. Himasal Bondowoso & Situbondo

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.