Praktik Observasi Hilal

LirboyoNet, Kediri– Rukyatul hilal merupakan salah satu metode penetapan awal bulan yang digunakan oleh Nahdhatul Ulama dan pemerintah Republik Indonesia. Metode melihat hilal melalui observasi di tempat-tempat tertentu ini masih terus dipertahankan, meskipun sekarang telah ditemukan beragam cara modern dan instan untuk melihat hilal. Metode semacam ini pula yang masih diajarkan di Pondok Pesantren Lirboyo. Selain ada materi khusus di jenjang ‘aliyah yang membahas ilmu falak, ada pula kursus lebih lanjut yang mendatangkan pembimbing yang benar-benar berpengalaman.

Senin kemarin (31/10) sekitar empat puluh peserta kursus falak akhirnya diajak turun ke lapangan. Setelah melalui pengajaran teori setiap malam kamis, selama sekitar tiga bulan. Mereka melakukan praktik observasi melihat hilal secara langsung di pantai Serang, Blitar. Pantai yang terletak di Desa Serang, Kecamatan Panggungrejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur ini merupakan salah satu titik resmi untuk melihat hilal secara nasional. Di pantai ini, biasanya setiap menjelang awal bulan Ramadhan, dan awal bulan Syawal dijadikan tempat observasi. Latihan observasi semacam ini, rutin dilakukan oleh Pondok Pesantren Lirboyo (Baca Praktik Ru’yah di Pantai Serang Blitar).

Hari Senin kemarin dipilih, karena bertepatan dengan pergantian awal bulan hijriyyah. Jadi, peserta dapat mengamati sendiri secara langsung, bagaimana hilal terlihat diatas ufuk.

Rombongan yang melakukan observasi berangkat menggunakan tiga buah kendaraan elf. Mereka berangkat sekitar pukul 10.00 WIB. Memakan waktu perjalanan sekitar tiga setengah jam, rombongan tiba sekitar pukul 14.30 WIB. Sebelumnya, rombongan sempat  sekitar satu jam transit di kediaman Ustaz Rizal Syahru, di Srengat, Blitar. Rombongan menunaikan salat, dan mengambil beberapa perlengkapan yang diperlukan untuk praktik rukyah. Beliau juga diundang untuk turut menyertai rombongan sebagai pemandu senior.  Ust. Syahru sendiri merupakan salah seorang anggota senior di Tim Lajnah Falakiyah PCNU Blitar.

Tiba di lokasi, rombongan langsung mendapatkan pengarahan praktik. Ust. Syahru sendiri yang langsung menyampaikan materi. “Kalau rukyatul hilal, kita harus bisa melihat ufuk, atau kaki langit. Dan itu yang paling mudah dilakukaan di laut. Sebenarnya tidak harus di laut. Di pegunungna bisa. Yang penting ada garis lurus. Itu garis ufuk. Tidak bisa kita melihat di halaman rumah” terang Ustaz Syahru.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.