Lirboyonet, Kediri– “Pondok Lirboyo yang didirikan pada tahun 1910 M. Ini ketika mendengar namanya yang begitu menggaung di luar pondok sangatlah wah, akan tetapi jika sudah masuk pondoknya, beginilah Pondok Pesantren Lirboyo dengan kesederhanaannya,” sambut Bpk. M. Maftuch Sayidun yang mewakili pimpinan pondok kepada tamu dari Ponpes Wasilatul Huda dari Bandung.
Pagi tadi, Selasa (17/10/2017) Ponpes Lirboyo mendapat kunjungan dari Ponpes Wasilatul Huda yang bertujuan untuk Study Banding. Mereka ingin mengetahui teknis mengapa Lirboyo bisa eksis sampai beberapa tahun dari zaman berdirinya sampai sekarang ini. Mereka juga ingin tahu bagaimana kurikulum Lirboyo yang mampu membentuk santri bisa mengharumkan nama Lirboyo.
Penyambutan kunjungan dari Ponpes Wasilatul Huda bertempat di gedung rusunawa dengan mengadakan tanya jawab yang diwakili oleh Bpk. Maftuch Sayidun bersama Mudier Madrasah Hidayatul Mubtadi-ien (MHM) yang diwakili oleh Bpk. Irfan Zidni.
Acara yang dipimpin oleh Bpk. M. Mutamakkin Saifuddin selaku Kasie Sie. Penerangan & Pendidikan itu diawali dari sambutan tamu yang menginginkan untuk mengetahui tentang Ponpes Lirboyo, mereka mengakui bahwa sanad keilmuan mereka juga dari sini karena guru mereka KH. Hasan Amiruddin merupakan alumni Lirboyo.
Dari percakapan yang panjang lebar itu para tamu begitu antusias untuk mendengarkan teknis-teknis Lirboyo baik dari sistem pondok dan sistem madrasah, diantaranya mengenai struktur yang ada di pondok bahwa di dalam struktur pondok terdapat BPK yang merupakan lembaga tertinggi di Ponpes Lirboyo yang disana beranggotakan dzuriyyah Ponpes Lirboyo.
Menurut penuturan Bpk. Irfan Zidni dalam penyambutan tadi “bahwa kesuksesan Ponpes Lirboyo dalam mencetak santri yang berguna salah satunya adalah keterikatan batin antara pengajar dan siswa, karena di lirboyo pengajar akan mengikuti siswanya ketika naik tingkatan, dengan seperti itu akan muncul ikatan batin”.
“Begitu juga dengan musyawaroh yang diterapkan oleh MHM dalam membentuk santri yang berguna, karena dengan musyawaroh santri akan terlatih mental dan penyampaiaanya ketika nanti sudah masuk dunia luar pesantren,” imbuh Bpk. Maftuch Sayidun.
Dari beberbagai penanya ada salah satu ibu-ibu ingin tahu bagaimana riyadoh yang dilakukan oleh santri Lirboyo. “karena kesuksesan yang ada tersebut tidak akan terlepas dari riyadoh-riydoh yang dilakukan muasis dan para santri” tutur ibu tersebut.
“bahwasanya dalam riyadoh yang ditekankan oleh masyayikh kepada santri hanyalah mempeng akan tetapi untuk pengajar seyogyanya menjalani riyadoh-riayadoh khusus seperti ngrowot, dan lain-lain.”
Acara diakhiri dengan penyerahan cindera mata dan foto bersama.