Sabtu-Arab, Senin-Inggris, Rabu-Jawa

  • Hisyam Syafiq
  • Sep 20, 2016

LirboyoNet, Kediri –Berbicara bahasa, tidak akan lepas dari membicarakan keragamannya. Ada ribuan bahasa di dunia. Di indonesia saja, ada 748 bahasa ibu yang terdata. Dan yang akrab dengan lidah santri Lirboyo adalah bahasa Jawa, Kawi, dan tentu bahasa Arab. Bagaimana dengan bahasa asing yang lain?

Seorang bijak mengatakan, “bahasa adalah pertaruhan: kuasai ia lalu kuasai dunia, atau tinggalkan ia dan menjadi jajahan.” Apa pasal? Karena aktivitas apapun, selama bersinggungan dengan pihak lain, ia butuh komunikasi.  Dan komunikasi yang dapat bertahan lama tentu saja lewat bahasa yang bisa dipaham kedua pihak.

Hanya saja, seberapa penting bahasa lain–selain bahasa ibu kita­– dibaca dan dipelajari? Kita tak tahu pasti. Namun dunia saat ini menuntut kita untuk tidak pasif: berkomunikasi hanya dengan bahasa sendiri. Jika yang terjadi seperti itu, kita memang akan tetap hidup dan berkomunikasi;  tapi kita akan terisolir dan terasing.

Lirboyo, betapapun ia berhati-hati dalam mengisolir diri, bukanlah pesantren yang jumud akan modernisasi. Salah satu kunci modernisasi itu, yakni komunikasi, dirawatnya dengan baik hingga kini. Baik pondok induk maupun unitnya mempunyai beberapa program khusus terkait pengembangan komunikasi. Ambil saja, misalnya, apa yang dilakukan Pondok Pesantren Putri Tahfidzul Quran (P3TQ).

Setiap hari Jumat, para santri putri mendapatkan pengajaran ekstra: pengembangan Bahasa Inggris. Dilaksanakan di Laboratorium Bahasa milik pondok induk, mereka dibimbing oleh Bapak Saiful Asyhad, SH. sejak pukul 07.30 hingga 11.00 Wis (Waktu Istiwa’). Apa yang mereka lakukan selama itu? Macam-macam. Menghafal sentence (susunan kalimat), verb (kata kerja), noun (kata benda), dan beberapa keterangan lain. Di sana, mereka juga diajarkan cara pelafalan yang benar, dan trik-trik merangkai kata.

Tidak berhenti di situ, P3TQ juga memiliki program lanjutan terkait ekstra yang telah berlangsung lama itu. Yakni, kewajiban berbahasa tertentu di hari tertentu. Untuk bahasa Inggris, mereka diwajibkan melafalkannya di setiap hari Senin dan Selasa. Walhasil, mereka terbiasa berbahasa asing bahkan saat mereka sudah berada di rumah. Menurut Bapak Saiful, sampai saat ini, masih banyak lulusan P3TQ yang berkorespondensi dengan beliau. Terutama, konsultasi terkait kualitas bahasa Inggris mereka. “(konsultasi itu diantaranya untuk) buat skripsi, ada yang buat ngajar di sekolah, mau tes kuliah,” terang beliau.

Selain bahasa Inggris, mereka juga diwajibkan berbahasa Arab pada hari Sabtu-Ahad, dan bahasa Jawa pada hari Rabu dan Kamis.

Tentunya, program ini tidak mengganggu samasekali dari tujuan utama mereka: mempelajari agama dengan sungguh-sungguh. Karena apa yang dinanti-nanti masyarakat sebenarnya adalah pengetahuan mereka tentang agama. Sementara ekstra kebahasaan, maupun yang lain, hanyalah sebagai sarana untuk lebih dekat dengan masyarakat.][

0

Post Terkait :

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.